Rabu, 03 Juli 2019

MAKALAH KELOMPOK MATEMATIKA & ILMU ALAMIAH DASAR

MAKALAH MATEMATIKA & ILMU ALAMIAH DASAR
TENTANG ANAK




Nama Kelompok 2:
1. Alima Nurus Sa’diyah (10518565)
2. Dinda Wulan Septiyani (17518631)
3. Khoirunnisa Salsabila (13518682)
4. Nadia Alisa Fitri (15518117)
5. Nurlya Angraini (15518447)
6. Sabila Qomaril Huda (16518415)
7. Siti Baitun Nisah (16518754)
Kelas: 1PA12

Perkembangan Anak
Perkembangan anak mengacu pada perubahan biologis, psikologis dan emosional yang terjadi pada manusia antara kelahiran dan akhir masa remaja, sebagai individu berlangsung dari ketergantungan untuk meningkatkan otonomi. Ini adalah proses yang berkesinambungan dengan urutan diprediksi belum memiliki kursus yang unik untuk setiap anak. Itu tidak berkembang pada tingkat yang sama dan setiap tahap dipengaruhi oleh jenis sebelumnya perkembangan. Karena perubahan-perubahan perkembangan dapat sangat dipengaruhi oleh faktor genetik dan acara selama hidup prenatal, genetika dan perkembangan janin biasanya dimasukkan sebagai bagian dari studi perkembangan anak. Istilah terkait termasuk psikologi perkembangan, mengacu pada perkembangan di seluruh umur, dan pediatri, cabang kedokteran yang berhubungan dengan perawatan anak-anak. Perubahan perkembangan dapat terjadi sebagai akibat dari proses genetik yang dikendalikan dikenal sebagai pematangan, atau sebagai akibat dari faktor lingkungan dan belajar, tetapi paling sering melibatkan interaksi antara keduanya. Hal ini juga dapat terjadi sebagai akibat dari sifat manusia dan kemampuan kita untuk belajar dari lingkungan kita.
Ada berbagai definisi dari periode perkembangan anak, karena setiap periode adalah kontinum dengan perbedaan individu mengenai awal dan akhir.
Beberapa periode perkembangan yang berkaitan dengan usia dan contoh interval didefinisikan adalah: bayi baru lahir (usia 0-4 minggu); bayi (usia 4 minggu - 1 tahun); balita (usia 1-3 tahun); anak prasekolah (usia 4-6 tahun); usia sekolah anak (usia 6-13 tahun); remaja (usia 13-19). Namun, organisasi seperti Zero to Three dan Asosiasi Dunia untuk Bayi Kesehatan Mental menggunakan istilah bayi sebagai kategori yang luas, termasuk anak-anak dari lahir sampai usia 3 tahun.
Memicu perkembangan anak melalui pelatihan orang tua, antara lain faktor, mempromosikan tingkat yang sangat baik dari perkembangan anak. Orang tua memainkan peran besar dalam kehidupan anak, sosialisasi, dan pengembangan. Memiliki beberapa orang tua dapat menambahkan stabilitas kehidupan anak dan karena itu mendorong perkembangan yang sehat. Faktor lain yang berpengaruh dalam perkembangan anak adalah kualitas pelayanan mereka. Program penitipan anak menyajikan kesempatan penting untuk promosi perkembangan anak.
Perkembangan optimal anak dianggap penting untuk masyarakat dan sehingga sangat penting untuk memahami perkembangan sosial, kognitif, emosional, dan pendidikan anak-anak. Peningkatan penelitian dan minat dalam bidang ini telah menghasilkan teori-teori dan strategi baru, dengan memperhatikan khusus untuk berlatih yang mempromosikan perkembangan dalam sistem sekolah. Selain itu ada juga beberapa teori yang berusaha untuk menggambarkan urutan negara yang membentuk perkembangan anak.
Komunikasi Orang tua dan Anak
Dalam ilmu komunikasi, komunikasi adalah berbagi pesan antara dua atau lebih banyak orang. Mereka saling memberi informasi dalam kedudukan yang sama atau setara. Begitupun ketika berkomunikasi dengan anak, sangat penting artinya mendudukkan mereka selayaknya orang dewasa. Mereka butuh informasi dari orang tua dan orang tuapun butuh informasi dari mereka walaupun dengan banyak pengecualian.


Komunikasi Orang tua dan Anak
Menurut Lynas Waun peneliti dari University of Arizona ada beberapa hal yang perlu dijaga dalam berkomunikasi orang tua dan anak, yakni :
  1. Mempertahankan kontak mata dengan anak,
  2. Mengajukan pertanyaan yang dirasa mereka sanggup mengerti,
  3. Benar-benar mengarahkan perhatian kepadanya,
  4. Berkata dengan lembut dan tenang, dan
  5. Menjaga dan memerhatikan perasaan anak.
Seorang anak mampu berfikir dengan cepat bahwa orang tua tidak sungguh-sungguh mendengarkan ketika pertanyaannya hanya dijawab “Hm…” atau “Oke”. Lebih parah lagi ketika orang tua sering memberitahu tidak punya waktu luang untuk berbicara. Rangkaian kejadian seperti ini akan menciptakan situasi negatif yang dapat menyebabkan seorang anak berfikir tidak ada gunanya berkomunikasi dengan orang tua. Akibatnya, mereka akan mengalihkan komunikasinya dengan dunia luar yang bisa jadi orang tua tidak akan mampu mengontrol kegiatannya setelah itu.
Menurut Lynas Waun kembali, komunikasi komunikasi negatif terhadap anak seperti itu seringkali terjadi ketika :
  1. Orang tua mengabaikan perasaan anak
  2. Orang tua meletakkan kepentingan anak dalam rangka mengejar kepentingannya sendiri
  3. Orang tua minim perhatian.
  4. Orang tua mengkritik, menghakimi atau menyalahkan anak-anaknya.
Dalam berkomunikasi, komunikasi orang tua tersebut juga harus mempertahankan kehormatan seorang anak. Anak-anak membutuhkan bantuan dalam menempatkan perasaannya dalam banyak hal. Orang tua dapat membantunya dengan mendekap dan mengatakan, “Arsya, kamu menangis karena lututmu terluka?” ketika Arsya terjatuh dari sepeda sebagai situasi. Orang tua perlu untuk menghindari komunikasi negatif, dengan mengatakan “anak laki-laki besar kok nangis?” kalimat ini memberikan pesan bahwa perasaan anak laki laki tidak boleh dibicarakan atau diungkapkan dengan orang lain. Contoh lain adalah ketika si anak mengompol , orang tua sering marah jika terjadi hal itu dan cenderung mengejeknya “Udah gede kok masih ngompol”. Alhasil mereka akan menjadi pribadi yang tertutup dari diri orang tua.
Sebagai contoh lain saya sertakan kalimat negatif yang sering kali meluncur tanpa disadari orang tua yang saya petik dari mommiesdaily.com :
  1. Memerintah, “Jangan lari-larian dong!”
  2. Menyalahkan, “Tuh kan jatuh, lagian nggak bisa diem banget sih”
  3. Meremehkan, “Masa gitu saja nangis?”
  4. Membandingkan, “Tuh lihat si A nggak nangis loh!”
  5. Mencap/ memberikan label, “Kamu nakal sih”
  6. Mengancam, “Nangisnya sudah dong, nanti ibu panggilin dokter nih biar disuntik”
  7. Menasehati, “Makanya omongan orangtua itu didengerin”
  8. Menghibur dan membohongi, “Nggak apa-apa kok, besok juga sembuh lukanya”
  9. Mengkritik, “Kamu pake sendalnya yang itu sih, kan licin pantesan saja jatuh”
  10. Menyindir, “Ini akibatnya kalo nggak dengerin orangtua, kualat kan”
  11. Menganalisa, “Gimana nanti kalo udah gede coba, pasti susah dibilangin”
Anak d an Keluarga
Anak usia 4-8, perlu ambil bagian dalam diskusi keluarga. Mereka perlu belajar bahwa mereka adalah bagian penting dari anggota keluarga. Ketika mereka menyadari sudut pandang tersebut, mereka akan merasa diterima dan dihargai, hal seperti ini akan memperkuat psikologis anak dan sekaligus akan memperkuat ikatan keluarga.
Dalam kehidupan keluarga, anak-anak akan meniru tindak tanduk orang tuanya. Oleh karena itu orang tua harus bisa memberi contoh yang baik. Kemarahan orang tua tidak perlu ditunjukkan kepada anak, mengekpresikan kemarahan dengan berbicara keras apalagi dengan membanting gelas akan menyebabkan anak meniru perilaku tersebut. Ia akan membanting dan berteriak-teriak ketika keinginannya tidak tercapai. Ketika orang tua berbicara dengan tenang, lembut dalam mengungkapkan perasaannya akan memicu seorang anak untuk merubah perilakunya sesuai dengan apa yang dilihatnya.
Bagaimana cara menciptakan lingkungan yang positif untuk berkomunikasi dengan anak?
Menciptakan suasana yang bersahabat untuk berbicara tidak terjadi secara kebetulan. Orang tua perlu meluangkah perhatian kepada anak-anaknya sebagai bagian dari interaksi sehari-hari.
  1. Sapalah anak-anak dengan nama mereka.
  2. Rangsang mereka untuk bercerita pengalamannya hari ini.
  3. Berbicaralah dengan sopan kepada mereka.
  4. Dengarkan dengan sepenuh hati ketika mereka bercerita.
  5. Tatap mata mereka dengan lembut dan penuh kasih sayang
Meluangkan waktu untuk berbicara, berbagi suka, berbagi duka dengan diliputi perasaan saling menerima akan membangun sebuah hubungan keluarga yang harmonis serta dapat menciptakan komunikasi orang tua dan anak menjadi positif dan lebih baik.
Demikian, apabila Anda memiliki cara lain komunikasi pada anak, bisa disampaikan di kolom komentar agar pembaca yang kesasar di blog ini bisa mendapatkan input tambahan dari Anda. Semoga bermanfaat.
MENGENAL ANAK ADD/ADHD
A. Pengertian Anak ADD/ADHD
ADHD merupakan kependekan dari Attention Deficit Hyperactivyity Disorder atau yang dalam bahasa Indonesia ADHD berarti gangguan pemusatan perhatian disertai hiperaktif. Sebelumnya ada istilah lain, yaitu ADD (Attention Deficit Disorder) atau ada yang menulis dengan ADD/H. Maksud dari setiap penulisan tersebut sebenarnya sama. Dalam bahasa Indonesia ditulis menjadi GPP/H (Gangguan Pemusatan Perhatian dengan/ tanpa Hiperaktif). Istilah ini memberikan gambaran tentang suatu kondisi medis yang disahkan secara internasional mencakup disfungsi otak, dimana individu mengalami kesulitan dalam menghadapi impuls, menghambat perilaku, dan tidak mendukung tentang perhatian mereka. Secara umum ADHD menjelaskan kondisi yang memperlihatkan ciri kurang konsentrasi, hiperaktif, dan impulsif yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan sebagian besar aktivitas mereka. ADHD merupakan suatu gangguan kronis (menahun) yang dapat dimulai pada masa bayi dan dapat berlanjut sampai dengan dewasa.
Banyak orang tidak mengertibanyak tentang gangguan komples antara ADD dan ADHD. Gangguan ini pada dasarnya menyerang mental seseorang yang dipengaruhi banyak hal, diaantaranya kurangnya asupan gizi pada sat kehamilan pada ibu hamil, banyak orang yang tidak benar-benar memahami perbedaan antara ADHD dan ADD. pada dasarnya kurangnya perhatian pada anak sehingga anak menjadi pendiam dan pemurung sehingga melakukan perilaku aneh didalam kondisi diamnya, bisa jadi anak tersebut mengalami ADD.
Adapun ADHD suatu kondisi dimasa anak telah terlihat atau menunjukkan sikap hiperaktif impulsif, dan sementara itu juga ada gejala yang datang dengan segala jenis macam sifat dan sikap gangguan ADD, kondisi diatas merupakan dua gejala yang paling umum yang dialami anak ADD.
Selama bertahun-tahun dua jenis gangguan tersebut paling sering didiagnosis dengan alasan sederhana bahwa gangguan ADD dan ADHD adalah sama, yaitu gangguan autis, bila secara teliti anak dengan ADHD memiliki gejala lebih terlihat dibandingkan dengan ADD.
B. Gejala-Gejala Anak ADD/ADHD
Telah ditetapkan bahwa di mana saja dari 3% sampai 10% dari semua anak memiliki masalah dengan Attention Deficit Hyperactivity Disorder. Saat meninjau gejala yang terkait dengan anak-anak ADHD, anda akan menemukan bahwa mereka biasanya cocok dalam tiga kategori. Kategori pertama adalah diidentifikasi sebagai “Hiperaktif”. Kedua, adalah “kurangnya perhatian” dan yang ketiga adalah “impulsif”.
Individu yang menderita kondisi medis ini memiliki gejala yang mencerminkan tiga karakteristik yang unik. Karakteristik ini termasuk mengalami hiperaktif, sedang lalai, dan juga sedang sampai tingkat parah impulsif. Ketika mengalami gejala ADHD yang terkait dengan sedang lalai, seorang individu akan mengalami gejala-gejala, seperti komplikasi dengan perincian, ketidakmampuan untuk mencurahkan perhatian mereka pada situasi tertentu, orang, tempat, atau hal dan masalah dengan kesalahan yang dipandang sebagai “sembrono”.
Kenyataan, ADHD ini tidak selalu disertai dengan gangguan hiperaktif. Oleh karena itu, makna istilah ADHD di Indonesia, lazimnya diterjemahkan menjadi Gangguan Pemusatan Perhatian dengan/ tanpa Hiperaktif (GPP/h). Anak yang mengalami ADHD atau GPP/H kerap kali tumpang tindih dengan kondisi-kondisi lainnya, seperti disleksia (dyslexia), dispraksia (dyspraxsia), gangguan menentang dan melawan (oppositional defiant disorder/ODD).
1. Ciri-ciri utama ADHD adalah :
a. Rentang perhatian yang kurang
b. Impulsivitas yang berlebihan.
c. Adanya hiperaktivitas
2. Gejala-gejala rentang perhatian yang kurang meliputi:
a. Gerakan yang kacau
b. Cepat lupa
c. Mudah bingung
d. Kesulitan dalam mencurahkan perhatian terhadap tugas-tugas atau kegiatan bermain.
3. Gejala-gejala impulsivitas dan perilaku hiperaktif meliputi:
a. Emosi gejala
b. Mengalami kesulitan bermain dengan tenang
c. Mengganggu anak lain
d. Selalu bergerak
C. Klasifikasi Anak ADD/ADHD
Subkategori yang seusai untuk diagnosis saat ini harus ditunjukkan berdasarkan gejala dominan yang sudah terjadi untuk 6 bulan terakhir.
1. Attention-Deficit/ Hyperactivity, Predominantly Inattentive Type.
Ini digunakan jika enam (atau lebih) gejala kurang perhatian (tetapi kurang dari enam gejala hiperaktif-impulsif) yang telah berlangsung selama minimal enam bulan. pada tipe ini masalah utamanya adalah rendahnya konsentrasi.
2. Attention-Deficit/ Hyperactivity, predominantly Hyperactivity-Impulsivity Type.
Ini digunakan jika enam (atau lebih) gejala hiperaktif-impulsif (tetapi kurang dari enam gejala kurang perhatian yang telah berlangsung minimal selama enam bulan). Pada tipe ini individu masalahnya terutama diakibatkan oleh perilaku hiperaktif-impulsif.
Attention-Deficit/Hyperactivity, Combined Type. Ini digunakan jika enam (atau lebih) gejala kurangnya perhatian (inattention) dan enam (atau lebih) gejala hiperaktif-impulsif telah dialami selama minimal enam bulan oleh individu yang mangalami kedua rangkaian masalah diatas.
D. Penyebab Anak ADD/ADHD
1. Faktor Genetik/Keturunan
Sebagian besar penderita ADHD mendapatkan kondisi ini dari orang tuanya.ADHD memiliki kecenderungan besar terjadi pada keluarga/keturunan.
2. Ketidakseimbangan kimia
Para ahli meyakini bahwa ketidakseimbangan kimiawi pada otak (neurotransmitter) merupakan faktor yang memengaruhi perkembangan gejala ADHD.
3.Kinerja Otak
Pada anak yang menderita ADHD, didapati bahwa area otak yang mengontrol perhatian tampak tidak terlalu aktif, dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menderita ADHD.
Penyebab anak ADHD bukan karena kesulitan pada saat kehamilan atau melahirkan. Pada dasarnya, otak penderita ADHD tidak mempunyai kegiatan kimiawi yang cukup untuk mengatur dan mengendalikan apa yang si penderita lakukan atau pikirkan.
Selain terapi medis untuk mengontrol kondisi ADHD anak, ada juga pendekatan terapi nonmedis yang dinamakan terapi perilaku (behavioral therapy) yang bertujuan untuk mengubah pola-pola perilaku negatif menjadi perilaku positif. Prinsipnya adalah menyusun ekspektasi yang jelas pada perilaku anak.
Semua program terapi perilaku perlu menyertakan 4 prinsip sebagai berikut.
1. Perkuat perilaku baik dengan sistem imbalan/reward.
2. Acuhkan perilaku kurang baik yang ringan.
3. Cabut hak istimewa jika perilaku negatif menjadi terlalu serius untuk diacuhkan.
4. Hilangkan pemicu dari perilaku buruk.
Prinsip dasar dalam menangani anak yang mengalami gangguan ADD/ADHD dalam proses belajar-mengajar menurut Pfiffner dan Brankley (1998) adalah sebagai berikut.
1. Aturan dan instruksi hendaknya disampaikan secara jelas, tegas, dan sajikan dalam berbagai bentuk, tidak hanya secara lisan, tetapi juga visual (tulisan/gambar).
2. Konsekuensi perilaku (positif/negatif) langsung diberikan, tidak ditunda-tunda.
3. Konsekuensi harus dikenakan lebih sering, dibandingkan dengan anak lainnya.
4. Bentuk konsekuensi sebaiknya lebih tegas atau lebih luwes penerapannya dibanding dengan anak lain.
5. Insentif yang sesuai dan beragam harus disiapkan.
6. Bentuk penguatan atau penghargaan harus diubah dan diberikan secara bergiliran.
7. Kunci utamanya adalah antisipasi.
Tiga elemen penting yang menentukan keberhasilan manajemen perilaku.
1. Biarkan anak memahami apa yang diharapkan dari dirinya.
2. Pastikan bahwa setiap penguatan atau penghargaan memiliki arti.
3. Buatlah kesepakatan dengan pasangan anda.
E. Macam-macam Terapi Menunjang Bagi anak ADD/ADHD
1. Terapi Modifikasi Perilaku
Dapat diartikan sebagai segala tindakan yang bertujuan untuk membentuk perilaku yang diharapkan.
Hera Lestari dkk. (2000) menerangkan bahwa terapi modifikasi perilaku terdiri dari pencegahan (preventif) dan penanganan (kuratif). Adapun perinciannya sebagai berikut :
a. Pencegahan (Preventif)
1) Menyediakan lingkungan yang sehat.
2) Memilih proses kelahiran yang alami.
3) Menyelaraskan stimuli.
4) Mengajarkan kegiatan yang bertujuan.
5) Mengamati model dan menjadi model.
6) Memanfaatkan kata-kata.
b. Penanganan (kuratif)
1) Beri dorongan verbal.
2) Terapkan sistem kesepakatan.
3) Jelaskan harapan orang tua kepada anak.
4) Lakukan persiapan.
5) Sediakan lingkungan yang teratur.
6) Belajar mengamati.
7) Terapi fisik.
8) Mencatat prestasi.
9) Dukungan keluarga.
2. Terapi Diet Makanan
Terapi diet makanan adalah suatu terapi yang mengatur makanan yang dimakan anak GPPH/ADHD. Pengaturan makanan dilakukan dengan memberikan perhatian dari segi jenis, jumlah, dan frekuensi pemberian makanan.
Ada beberapa jenis makanan yang dapat memengaruhi terjadinya atau meningkatkan perilaku hiperaktivitas pada anak GPPH/ADHD. Makanan-makanan tersebut adalah jenis makanan yang mengandung zat adiktif makanan (seperti zat pewarna, pengawet, aroma rasa, dan lain-lain). Dari hasil penelitian membuktikan anak-anak yang menghindari jenis-jenis makanan di atas menunjukkan penurunan perilaku hiperaktivitas (Nanik,2002). Makanan yang mengandung banyak gula juga memengaruhi terjadinya atau meningkatnya perilaku hiperaktivitas pada anak GPPH/ADHD.
3. Terapi Obat-Obatan (Farmasi)
Terapi obat adalah suatu teknik terapi medis dengan pemberian obat dengan dosis tertentu yang diminum secara teratur yang diminum secara teratur untuk penanganan anak GPPH/ADHD. Obat-obatan yang diresepkan secara luas bagi anak-anak yag hiperaktif adalah amphetamines, khususnya Ritalin. Amphetamines umumnya bekerja secara efektif untuk anak-anak hiperaktif, tetapi tidak manjur bagi beberapa anak (Santrock , 2006). Obat stimulan yang banyak digunakan adalah metilfenidat dan Amfetamin. Bila efektif, obat stimulan bukan saja memperbaiki hiperaktivitas klinis, tetapi juga dalam banyak hal. Pada dosis yang efektif, pikiran anak menjadi lebih terorganisasi. Pada dosis yang tinggi, obat stimulan dapat menyebabkan “tic” yang akan berhenti bila dosis dikurangi atau diberhentikan.
Berhenti minum obat perlu dipertimbangkan dan dilaksanakan dalam enam bulan atau satu tahun sekali. Obat diberhentikan selama dua minggu untuk melihat apakah obat masih dibutuhkan. Efek samping yang sering dijumpai adalah nafsu makan berkurang, nyeri kepala, nyeri perut, dan sulit tidur (insomnia). Bila hal ini terjadi biasanya tidak berlangsung lama dan akan berkurang bila dosis obat diturunkan . Dalam keadaan ragu-ragu, obat dapat diganti kemudian lihat hasilnya. Bagaimanapun semua obat stimulan potensial mencetuskan tic motorik atau fonik dan sindrom tourette. Oleh karena itu, terapi obat-obatan harus sepengetahuan dokter (psikiater) agar tidak terjadi hal-hal yang membahayakan anak (Rachmad Mulyono, 2003).
4. Terapi Bermain
Terapi bermain sering digunakan untuk menangani anak-anak dengan GPPH/ADHD. Melalui proses bermain anak-anak belajar banyak hal, diantaranya belajar mengenal aturan, belajar mengendalikan emosi, belajar menunggu giliran, belajar membuat perencanaan, belajar beberapa cara untuk mencapai tujuan melalui proses bermain (Lusi Nuryanti, 2008).
5. Terapi “Back In Control”
Beberapa penelitian terakhir membuktikan bahwa cara terbaik untuk menangani anak GPPH/ADHD adalah dengan mengkombinasikan beberapa pendekatan dan metode penanganan. Program terapi “Back In Control” dikembangkan oleh Gregory Bodenhamer. Program ini berbasis pada aturan, jadi tidak bergantung pada keinginan anak untuk patuh. Program ini cenderung ke system training bagi orang tua yang diharapkan dapat menciptakan system aturan yang berlaku dirumah sehingga dapat mengubah perilaku anak. Demi efektifitas program, sebaiknya orang tua bekerja sama dengan pihak sekolah untuk melakukan proses yang sama pada anaknya ketika dia disekolah. Orang tua harus selalu melakukan monitoring dan evaluasi berkelanjutan dan konsisten atas program yang dijalankan. Begitu juga ketika program ini dilaksanakan bersama-sama dengan pihak sekolah, maka orang tua sangat memerlukan keterlibatan guru dan petugas di sekolah untuk melakukan proses monitoring dan evaluasi (Lusi Nuryanti, 2008).
F. Bentuk Layanan Pendidikan Anak ADD/ADHD
Anak dengan ADD/ADHD sepatutnya mendapatkan pelayanan pendidikan khusus disekolah. Jika sekolah tidak mempunyai sarananya, sebaiknya hubungi lembaga yang mempunyai tenaga ahli dalam mengatasi ADD/ADHD, misalnya klub anak-anak Berkesulitan Belajar (Klub AABB). Anak dengan ADD/ADHD sulit diprediksi. Mereka sering kali tidak dapat menaati peraturan, dan sering cepat marah. Sikap ini akan menghalangi mereka dalam mencari teman.
Sekolah dapat bekerja sama dengan keluarga dan para dokter untuk membantu anak ADD/ADHD di sekolah. Komunikasi terbuka antara orang tua dan staf sekolah dapat merupakan kunci keberhasilan anak. Para guru sering kali merupakan pihak yang pertama dalam mengenali perilaku, seperti ADD/ADHD serta dapat memberikan informasi yng berguna kepada orangtua, penanggung jawab, dan dokter yang dapat membantu diagnosis dan pengobatan. Para guru dan orang tua juga dapat bekerja sama untuk pemecahan masalah dan merencanakan cara-cara untuk membantu pelajaran anak baik dirumah maupun di sekolah.
Anak-anak dengan ADD/ADHD sering mengalami kesulitan dalam berhubungan social, yang dapat mengakibatkan konflik dengan anggota keluarga atau penolakan oleh anak-anak lain seusianya. Kekurangan dalam kemampuan social dikombinasi dengan tingkah laku hiperaktif, impulsive, dan kurang perhatian dapat menyebabkan anak dengan ADD/ADHD bertindak dengan cara yang dianggap tidak ramah, suka memerintah, kasar, tidak berfikir, atau aneh. Tambahan pula, anak dengan ADD/ADHD, seperti anak cacat lain. lebih sering menjadi sasaran untuk diolok-olok.
Obat-obatan untuk ADD/ADHD dapat memberikan efek positif terhadap tingkah laku social dan memperbaiki cara anak berhubungan dengan sesama.
Strategi untuk anak dirumah dan disekolah adalah sebagai berikut :
1. Mempunyai rutinitas yang sama tiap hari.
2. Mengatur kegiatan harian.
3. Gunakan jadwal untuk pekerjaan rumah.
4. Pertahankan aturan secara konsisten dan berimbang.
Anak ADD/ADHD karena masalah yang menyertainya mengalami kesulitan untuk melakukan proses tindakan atau menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Keadaan ini menuntut pengaturan yang memungkinkan anak dapat mengontrol diri dalam segala perbuatannya. Selain itu, perlakuan yang diberikan kepada anak ADD/ADHD membutuhkan umpan balik yang segera dan konsisten. Hal ini penting untuk memperkuat tingkah laku yang dikehendaki dan menghindarkan tingkah laku yang tidak dikehendaki.
Berdasarkan hal tersebut, maka terdapat beberapa hal yang dibutuhkan anak ADD/ADHD, hal ini tidak terlepas dari masalah yang dialaminya, yaitu kebutuhan pengendalian diri dan kebutuhan belajar.
1. Kebutuhan Pengendalian Diri
Kebutuhan pengendalian diri lebih berkaitan dengan mengurangi atau menghilangkan hiperaktivitas, menigkatkan rentang perhatian, dan pengendalian impulsivitas. Oleh karena itu, yang dibutuhkan anak ADHD adalah sebagai berikut:
a. Rutinitas, Struktur, dan Konsistensi
Agar terpenuhinya rutinitas, struktur, dan konsistensi, perlu dibuat jadwal harian dalam bentuk visualdam tempelkan ditempat yang mudah dilihat. Bila ada perubahan, beri tahu sebelumnya. Terapkan secara jelas beserta konsekuensinya bila anak melanggar peraturan tersebut. Konsistensi dalam penerapan disiplin, pemberian reward bagi tingkah laku positif dan penerapan konsekuensi atau hukuman haruslah konsisten agar anak tidak bingung.
b. Fokuskan pada Hal-hal Positif
Agar meningkatkan rasa percaya diri anak, beri perhatian lebih pada keunggulan anak dan saat-saat ia melakukan tingkah laku positif. Berikan reward dan penghargaan atas usaha-usaha yang telah ia lakukan walaupun hasilnya belum memuaskan. Temukan aktivitas-aktivitas yang disukai anak dan kembangkan kemampuan anak secara optimal agar dapat dibanggakan.
c. Penjelasan yang Sederhana dan Singkat
Agar anak dapat memahami apa yang disampaikan orang lain, penjelasan harus diberikan dengan kata-kata sederhana, singkat, dan dalam situasi yang tenang. Penting untuk menarik perhatian anak sebelum memulai penjelasan. Pastikan bahwa ia mendengarkan perkataan orang lain dan tidak sedang melamun atau asyik melakukan aktivitas tertentu. Amat disarankan untuk menggunakan nada suara datar, monoton, dan tegas bila berbicara dengan anak.
d. Hindari Argumentasi dan Eskalasi
Agar dapat menghindari konflik yang berlarut-larut, sebisa mungkin hindarilah argumentasi. Beri perintah atau larangan dengan singkat dan tegas. Abaikan saja komentar-komentar protes dari anak, jangan terlalu banyak memberikan penjelasan karena justru akan menimbulkan argumentasi. Yang penting adalah menjelaskan konsekuensi dari pilihan anak. Kita perlu menyadari bahwa anak ADHD tidak mungkin dituntut untuk berperilaku teratur dan selalu menaati norma-norma social. Buatlah daftar tentang tingkah laku yang menjadi prioritas dalam kehidupan anak.
2. Kebutruhan Belajar
Anak ADHD seperti anak pada umumnya membutuhkan perkembangan diri, yaitu melalui belajar. Karena hambatan yang dialamunya pemenuhan kebutuhan akan belajar pada anak ADHD tidak semulus pada anak umumnya. Tanpa bantuan yang dirancang secara khusus akan sulit bagi anak untuk bisa belajar secara optimal. Ia akan kesulitan mengoptimalkan potensi yang dimilikinya. Padahal secara umum potensi kecerdasannya relative baik, bahkan sama seperti anak pada umumnya.
Memenuhi kebutuhan belajar anak ADHD tidaklah mudah, dibutuhkan pengetahuan dan keterampilan yang lebih, dan yang paling mendasar adalah ketangguhan, kesungguhan, dan kesabaran dalam membantu anak belajar yang memang lain dari yang lain.
Kegagalan dalam belajara anak ADHD lebih disebabkan oleh anak mengalami kesulitan mengendalikan diri. Dorongan-dorongan emosional yang muncul, seperti keluar dari tempat duduk, tindakan impulsivitas, yang tanpa bisa dikendalikan sangat merugikan diri anak sendiri dan orang lain. Keadaan ini sering mengganggu lingkungan belajar dikelas sehingga anak dijauhi atau diasingkan oleh teman-temannya. Ketika belajar anak butuh lingkungan yang tenang, kondusif, dan terkendali.
G. Peran Bimbingan Konseling Bagi Anak ADD/ADHD
Anak-anak hiperaktif merupakan anak yang unik dengan tingkah lakunya. Layaknya televise, anak-anak hiperaktif tidak memiliki tombol “on maupun off”, sehingga tidak dapat dipindahkan atau dihentikan. Pikiran, perasaan, dan tingkah lakunya, tidak terkoordinasi dengan baik. Mereka mempunyai banyak sekali ide yang spontan dilakukan tanpa ada penuturan kata-kata yang runtut. Rasa suka dan tidak suka, juga langsung diekspresikan sehingga tidak jarang membuat orang lai n tersinggung, sementara mereka sendiri tidak mempedulikannya. Hal seperti inilah yang sering membuat mereka tidak mudah diterima oleh teman-temannya dan lingkungannyasehingga menyebabkan kualitas hubungan social mereka memburuk. Saat tidak diterima, mereka mudah sedih, dan spontan melawan atau membalas. Mereka menjadi tidak bisa diam dan selalu mencari kegiatan atau orang-orang yang bereaksi sama dengan diriya karena selalu terdorong untuk bergerak. Bergerak seperti naik motor dengan mengebut, berlari dan memelesetkan diri dilantai yang licin, gerakan pesawat terbang yang lepas landas dengan melompat dari tangga atau meja, suara gaduh dari kelas sebelah atau di halaman sekolah, bisa menjadi faktor pengganggu, ketika ia sedang mendengarkan guru yang mengajar didepan kelas. Kondisi ini berdampak pada ketidakstabilan performa akademik mereka karena konsentrasi mereka mudah terganggu dengan hal-hal yang dianggap menarik.
Oleh karena itu, konsentrasi sangat penting dan perlu dilatih. Pikiran anak-anak hiperaktif tidak boleh dibiarkan melayang-layang karena dapat menyebabkan gangguan konsentrasi. Pikiran harus diarahkan kesuatu titik dalam suatu pekerjaan. Dengan begitu pikiran kita makin hari akan semakin kuat.
Konsentrasi adalah bagaimana anak focus dalam mengerjakan atau melakukan sesuatu sehingga pekerjaan itu mampu dikerjakan dalam wartu tertentu. Kemampuan anak berkonsentrasi berbeda-beda sesuai dengan usianya. Rentang perhatian anak dalam menerima informasi melalui aktivitas apapun juga berbeda.
Menurut Baihaqi (2008:68) penanganan terhadap peserta didik hyperaktif bergantung pada jenis masalah yang dihadapi, misalnya: penanganan terhadap gangguan kepribadian, penanganan terhadap gangguan emosi dan pertahanan diri, serta penanganan terhadap kesulitan belajar. Baihaqi (2008:68) menyebutkan tujuan umum penanganan peserta didik hiperaktif adalah membantu anak untuk dapat focus dan berkonsentrasi serta mengeliminasi atau mengurangi kesulitan belajar dengan mempedulikan mereka faktor-faktor yang mengakibatkan kesulitan belajar peserta didik ADD/ADHD.
Menurut Sugiarmin dalam (Baihaqi, 2008:68) dalam menerapkan teknik/cara untuk menangani peserta didik hiperaktif adalah pilihlah yang paling tepat lalu latihlah secara berulang-0ulang. Jika teknik tertentu tidak memberikan hasil, ganti atau tambahlah dengan teknik yang lain. Sugiarmin dalam (baihaqi, 2008:68-71) juga menyebutkan teknik yang digunakan, yaitu menghilangkan atau mengurangi tingkah laku yang tidak dikehendaki dan mengembangkan tingkah laku yang dikehendaki.
1. Menghilangkan atau mengurangi tingkah laku yang tidak dikehendaki.
Pertama carilah alasan mengapa peserta didik melakukan hal-hal tersebut, setelah itu tingkah laku yang tidak dikehendaki tadi diubah ke hal-hal yang lebih positif.
2. Mengembangkan tingkah laku yang dikehendaki.
Mengembangkan tingkah laku yang dikendaki dilakukan dengan cara memberikan ulangan penguatan (reinforcement).


MENGENAL ANAK DKB
(DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR)
A. Mengenal Anak Disleksia
1. Pengertian Anak Disleksia
Kata Disleksia berasal dari bahasa Yunani, yaitu Dys yang artinya sulit, dan lex yang berasal dari kata legein yang artinya berbicara. Jadi, anak yang menderita disleksia biasanya kurang memiliki kemampuan untuk menghubungkan kata atau symbol-simbol tulisan.
Secara umum disleksia adalah sebuah kondisi ketidakmampuan belajar pada seseorang yang disebabkan oleh kesulitan pada orang tersebut dalam melakukan aktivitas membaca dan menulis. Biasanya pada anak disleksia ada tiga tanda pokok yang perlu diamati yang bisa menjadi acuan apakah anak itu mengalami disleksia atau tidak, diantaranya sebagai berikut.
a. Tidak bisa membedakan huruf (susah membedakan huruf yang mirip, contoh huruf b dan huruf d).
b. Tidak bisa mengeja (biasanya mereka membaca secara terbalik, contoh: ubi dibaca ibu).
c. Tidak paham tentang bacaan (mereka tidak mampu menjelaskan yang mereka baca, akibatnya mereka susah konsentrasi, maka mereka lebih suka bermain dan sering mengganggu temannya. Kadang karena pemahaman yang sedikit tentang disleksia, orang akan menilai anak disleksia seperti anak keterbelakangan mental, padahal sebenarnya justru mereka anak yang cerdas pada kemampuan lainya. Misalnya, kemampuan bersosialisasi dan kemampuan dalam menyelesaikan masalah. Karena disleksia sendiri tidak disebabkan oleh tingkat kecerdasan anak yang rendah. Cuma mereka dalam membaca dan menulis dibawah anak-anak pada umumnya.
Disleksia adalah suatu kondisi pemrosesan input atau masukan informasi yang berbeda dari anak normal yang sering kali ditandai dengan kesulitan dalam membaca sehingga dapat memengaruhi area kognisi, seperti daya ingat, kecepatan pemrosesan input, kemampuan pengaturan waktu, aspek koordinasi, dan pengendalian gerak (Shaywitz, 2008: 453).
Disleksia adalah sebuah bentuk kesulitan belajar yang dialami seseorang dalam melakukan kegiatan membaca yang diakibatkan sebagian saraf dalam otak tidak bekerja secara optimal. Berikut adalah beberapa pengertian disleksia yang dirangkum dari beberapa sumber buku.
Menurut Benasich dan Thomas, disleksia adalah kesulitan yang dialami oleh seseorang dalam menguraikan, membaca, dan memahami teks sehingga mengalami penderitaan hebat di sebuah masyarakat yang sangat memprioritaskan kefasihan membaca (Sternberg, 2006: 323).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi 3 dijelaskan bahwa anak disleksia adalah seorang anak yang menderita gangguan pada penglihatan dan pendengaran yang disebabkan oleh kelainan saraf pada otak sehingga anak mengalami kesulitan membaca (KKB, 2001:296).
Disleksia adalah seorang anak yang mengalami gagal belajarmembaca yang diakibatkan karena fungsi neurologis (susunan dan hubungan saraf) tertentu, atau pusat saraf untuk membaca tidak berfungsi sebagaimana yang diharapkan (Partowisastro, 1986: 50).
Menurut Bryan & Bryan, disleksia adalah suatu bentuk kesulitan dalam mempelajari komponen-komponen kata dan kalimat, yang secara historis menunjukkan perkembangan bahasa yang lambat dan hampir selalu bermasalah dalam menulis dan mengeja serta kesulitan dalam mempelajari sistem representationa, misalnya berkenaan dengan waktu, arah, dan masa. (Imandala, 2009).
Dari beberapa pengertian dan definisi tentang disleksia di atas dapat disimpulkan bahwa disleksia adalah seorang anak yang menderita gangguan pada penglihatan dan pendengaran yang berhubungan dengan kata atau simbol-simbol tulis yang disebabkan oleh fungsi neurologis (susunan dan hubungan saraf) tertentu atau pusat untuk membaca tidak berfungsi sebagaimana yang diharapkan.
2. Karakteristik Anak Disleksia
Anak yang mengidap disleksia mengalami ketidakmampuan dalam membedakan dan memisahkan bunyi dari kata-kata yang diucapkan. Selain itu, anak yang mengidap disleksia memiliki kesulitan dalam permainan yang mengucapkan bunyi-bunyi yang mirip.
Berikut ini beberapa ciri anak yang menderita disleksia (Fanu, 2007: 60).
a. Membaca dengan amat lamban dan terkesan tidak yakin atas apa yang ia ucapkan.
b. Menggunakan jarinya untuk mengikuti pandangan matanya yang beranjak dari satu teks ke teks berikutnya.
c. Melewatkan beberapa suku kata, frasa atau bahkan baris-baris dalam teks.
d. Menambahkan kata-kata atau frasa-frasa yang tidak ada dalam teks yang dibaca.
e. membolak-balik susunan huruf atau suku kata dengan memasukkan huruf-huruf lain.
f. salah melafalkan kata-kata dengan kata lainnya, sekalipun kata yang digantikan tidak memiliki arti yang penting dalam teks yang dibaca.
g. membuat kata-kata sendiri yang tidak memiliki arti.
h. mengabaikan tanda-tanda baca.
Adapun bentuk-bentuk kesulitan membaca anak yang disleksia adalah sebagai berikut (Subini, 2011).
a. melakukan penambahan dalam suku kata (addition), misalnya batu menjadi baltu.
b. Menghilangkan huruf dalam suku kata (omission), misalnya masak menjadi masa.
c. Membalikkan huruf, kata, atau angka dengan arah terbalik kiri kanan ( inversion/mirroring), misalnya dadu menjadi babu.
d. Membalikkan bentuk huruf, kata, atau angka dengan arah terbalik atas bawah (reversal), misalnya papa menjadi qaqa.
e. Mengganti huruf atau angka (substitution), misalnya lupa mrnjadi luga, 3 menjadi 8.
3. Penyebab Anak Disleksia
Hingga saat ini para ahli neurologis belum dapat mengetahui fungsi otak manusia secara keseluruhan, baru beberapa bagian saja yang sudah dapat dikenali fungsinya secara pasti dan memilikiketerkaitan satu sama lain. Pada saat manusia melakukan kegiatan pemrosesan bahasa, aktivitas pada hemisfer bagian kiri akan tampak lebih besar daripada hemisfer bagian kanan, sedangkan pada orang yang mengalami gangguan disleksia, aktivitas hemisfer kedua bagian menjadi sama besar (Devaraj, 2006:35).
Salah satu penyebab terhambatnya anak disleksia dalam melakukan pemrosesan Bahasa adalah karena terjadinya pemusatan pada perjalanan saraf penghubung atau confusing traffic jam of nerve signal menjadikan proses penginformasian antar saraf semakin lama (Devaraj, 2006:36).
Disleksia secara etimologi diyakini oleh para pakar bahwa gangguan disleksia lebih disebabkan oleh faktor keturunan, 23 sampai 64 persen orang tua atau kerabat yang mengidap disleksia cenderung menjdi penyebab seseorang mengalami disleksia yang diturunkan melalui kromosom (Shaywitz, 2008:458). Penemuaan tersebut menjadi salah satu implikasi mengenai tanda kesulitan membaca pada anak disleksia yang dapat dirunut dari orang tua atau kerabat yang juga mengalami gangguan disleksia.

4. Klarifikasi Anak Disleksia
Pada penderita gangguan disleksia, gejala yang dapat ditemukan adalaah kesulitan untuk dapat membaca dengan lancer. Gejala ini mulai dapat mulai ditemukan saat penderita memasuki usia sekolah dan mulai belajar membaca. Sering kali, guru dan orang tua mengira penderita hanya kurang latihan membaca sehingga tidak lancer dan salah dalam membaca. Padahal, kesulitan membaca tetap dialami walaupun penderita telah diajarkan cara membaca dengan baik. Selain itu, penderita juga sering melakukan kesalahan dalam membaca soal-soal yang diberikan sehingga nilainya tidak terlalu bagus.
Pada anak penderita disleksia, tidak ditemukan adanya gangguan terhadap tingkat kepandaian, tidak ditemukan adanya gangguan terhadap penglihatan, tidak ada gangguan terhadap pendengaran, dan sehat secara fisik.
Sering dengan semakin kompleksnya tingkat pembelajtan, gejala disleksia akan semakin kelihatan. Walaupun begitu, gangguan ini belum dikenali secara luas sehingga penderita sering kali dianggap mengalami gangguan terhadap tingkat kepandaiannya atau malas belajar.
Hingga saat ini, telah ditemukan beberapa alat bantu untuk dapat melakukan, mengenali, dan menyaring penderita, bahkan untuk anak-anak yang memasuki usia sekolah.
Terdapat beberapa tipe disleksia, sebagai berikut.
a. Disleksia Perifer
1) Disleksia Tipe Neglect
Pada tipe ini, penderita tidak membaca atau salah membaca 1-2 huruf pertama sebuah kata. Contohnya:
· ‘dan’ dibaca ‘ban’
· ‘malam’ dibaca ‘alam’
· ‘mulut’ dibaca ‘lutut’
2) Disleksia Tipe Attention
Pada tipe ini, penderita kesulitan untuk membaca beberapa kata secara berurutan. Penderita merasa huruf-huruf dalam kata tersebut berpindah-pindah dan membentuk kata baru. Contohnya: pada kata ‘malas’ dan ‘salam’ dibaca menjadi ‘malam’.
3) Disleksia Tipe Letter by Letter
Pada tipe ini, penderita tidak dapat membaca huruf sesuai dengan fonetiknya atau bunyi yang dihasilkan oleh manusia, tetapi sesuai dengan nama huruf tersebut. Disleksia tipe ini lebih mudah dicontohkan ke dalam Bahasa Inggris karena nama huruf dan pelafalan huruf dalam Bahasa Inggris berbeda. Contohnya: pada kata ‘van’ huruf V dibaca ‘VEH’, tetapi oleh penderita dibaca menjadi ‘VEE’ seperti pada penamaan huruf tersebut.
b. Disleksia Tipe Sentral
Menurut teori dual route, terdapat 2 rute untuk dapat membaca sebuah bacaan, sebagai berikut.
1) Non-Lexical/Non-Semantic
Rute ini bertanggung jawab terhadap pengenalan bentuk huruf dan pelafalan huruf. Rute ini menyebabkan seseorang dapat membaca sebuah kata yang ada dan tidak ada dalam Bahasa Indonesia dengan menggunakan pengalaman pembelajaran.
2) Lexical/Semantic
Rute ini menyebabkan seseorang dapat menbaca kata yang ada dalam Bahasa Indonesia, tetapi tidak dapat membaca dengan baik kata yang tidak ada dalam Bahasa Indonesia.
c. Disleksia Tipe Nonsemantic Reading
pada disleksia tipe ini, pemahaman terhadap isi dari bacaan buruk, tetapi penderita masih dapat membaca kata-kata dari bacaan dengan baik.
d. Disleksia Tipe Surface
pada disleksia tipe ini, penderita akan membaca kata-kata yang sudah dikenal dan diketahui seakan-akan kata tersebut sulit. Kata tersebut lalu dicoba untuk dibaca dengan cara mengeja atau mengelompokkannya kedalam suku kata agar lebih mudah.
e. Disleksia Tipe Phonological
pada disleksia ini, penderita kesulitan untuk membaca kata baru dan kata yang baru dikenal. Tripe disleksia ini berlawanan dengan disleksia tipe Surface.
f. Disleksia Tipe Deep
pada disleksia tipe ini, penderita lebih mudah untuk membaca kata-kata yang memiliki bentuk secra nyata dan dapat dibayangkan, seperti “buku” dan “rumah”, daripada kata-kata yang bersifat lebih abstrak, seperti “kejujuran” dan “keadilan”.
5. Terapi Anak Disleksia
Penyebab terjadinya kesalahan fungsi saraf pada anak disleksia dan gangguan belajar hingga kini masih menjadi misteri. Anak disleksia pun belum bisa dikatakan mengalami keabnormalan, tetapi yang jelas mereka berbeda dengan anak lainya dalam hal belajar. Itru sebabnya, mereka juga dimasukkan dalam kategori anak kebutuhan khusus (ABK). Untuk para orang tua bisa mengatasi anak dengan disleksia dengan terapi berikut ini.
a. Terapi Integrasi Sensori
karena disleksia dan LO itu mengalami gangguan memproses sensoria atau pengindraan. Tetapi ini menjadi pondasi untuk membantu si kecil unruk memperbaiki masalah integrase sensori. Anak anda akan dijelaskan tentang kesulitan yang dialaminya, selanjutnya membangun strategi untuk mengatasinya. Misalnya, dia terganggu dengan suara yang berisik karena hipersensitif dari pendengarannya, maka ajarakan cara mengatasi yang sesuai dengan dirinya. Strategi atau cara mengatasi yang sesuai dengan dirinya. Strategi atau cara itu harus bisa diaplikasi si kecil untuk kehidupannya agar melekat dan jadi bagian dirinya.
b. Terapi Orthopaedagogy
sering kali orang mengartikan terapi ini sebagai terapi remedial atau pengulangan. Padahal terapi ini untuk memperbaiki kemampuan dasar belajar. Ada 12 sikap belajar yang perlu anak kembangkan, yakni konsentrasi, ketelitian, tempo kerja/belajar, percaya diri, kemandirian, respons instruksi, respons pertanyaan, kooperatif, komunikatif daya memori, daya juang, dan pemecahan masalah.
Saat seseorang mengalami gangguan disleksia ini menggunakan Terapi Gelombang Otak Dyslexia Treatment, maka akan merasakan perasan nyaman, dan rileks saat belajar, baik itu membaca, menulis atau menghitung. Mereka akan meresakan perbedaan ketika menggunakan terapi ini secara rutin dan sebelum menggunakan terapi ini.
Untuk menggunakan Terapi Gelombang Otak Dyslexia Treatment sangat mudah, karena anda cukup mendengarkan melalui headphone atau speaker dan dengan posisi sambal duduk santai atau sambal berbaring. Rasakan stimulus dari aliran music terapi ini, dengan cara mata anda dipejamkan. Gunakanlah dalam sehari selama 30 menit secara rutin., akan lebih efektif jika anda menggukannya saat keadaan anda benar-benar santai dan rileks serta tidak ada yang mengganggu.
Biasanya, untuk mendaptkan keadaan seperti itu di saat anda menjelang tidur. Tidak masalah jika anda tertidur saat menggunakan terapi ini, kerena otak anda akan tetap menerima stimulus dari terapi ini. Terapi ini juga bisa digunakan oleh siapa saja, baik untuk anak-anak maupun orang dewasa.
Kesulitan belajar pada anak disleksia, biasanya ditandai dengan gejala awal seperti kesulitan mengingat huruf, kesulitan membedakan huruf dan sering terbalik dalam menggunakan huruf yang hamper sama seperti b, d, p, q, u, n. kesulitan inilah yang mengakibatkan anak disleksia mengalami masalah dalam membaca dan menulis.
Mengatasi kesulitan belajar pada anak disleksia harus dilakukan dengan memahami terlebih dahulu cara belajar anak disleksia. Hal ini karena anak disleksia cenderung melihat huruf dengan cara yang berbeda dari anak normal. Anak disleksia memiliki cara pandang dan melihat huruf secara terbalik dan lebih mudah memahami sesuatu dalam bentuk gambar. Untuk itu, anda bisa memanfaatkan cara belajar anak disleksia untuk mengatasi kesulitan belajar yang dialaminya.
Ada beberapa cara yang bisa anda lakukan untuk mengatasi kesulitan belajar pada anak disleksia. Berikut ini beberapa cara yang bisa anda jadikan referensi untuk mengatasi kesulitan belajar pada anak disleksia. Mengatasi kesulitan belajar pada anak disleksia adalah sebagai berikut.
a. Menggunakan Media Belajar
Cara mengatasi kesulitan belajar pada anak disleksia yang pertama adalah dengan menggunakan media belajar. Seperti yang telah disebutkan diatas, anak disleksia cenderung lebih mudah memahami sesuatu dengan gambar. Untuk itu anda bisa menggunakan media belajar berupa gambar untuk membantu memudahkan dalam mengenalkan huruf, membedakan huruf hingga akhirnya anak disleksia mampu membaca dan menulis dengan lancar.
b. Tingkat Motivasi Belajar pada Anak
Cara mengatasi kesulitan belajar pada anak disleksia yang kedua adalah dengan meningkatkan motivasi belajar pada anak. Meningkatkan motivasi belajar bisa anda lakukan dengan membacakan sebuah cerita atau dongeng, kemudian memberitahukan segala manfaat dan keuntungan yang bisa diperoleh dengan membaca dan menulis. Dengan demikian, anak akan termotivasi dan terdorong untuk bisa membaca dan menulis sendiri.
c. Tingkat Rasa Percaya Diri Anak
Kondisi anak disleksia yang mengakibatkan kesulitan menulis dan membaca membuat sebagian anak disleksia mengalami depresi dan kehilangan rasa percaya diri karena kesulitan mengikuti pelajaran disekolah dan terkadang juga dikucilkan oleh teman-temannya. Meningkatkan rasa percaya diri pada anak disleksia juga merupakan salah satu cara mengatasi kesulitan belajar pada anak disleksia. Dengan mengembalikan dan meningkatkan rasa percaya diri anak, akan membuat anak disleksia memiliki semangat belajar yang lebih tinggi untuk mengatasi kesulitan belajar yang dialami.
d. Jangan Pernah Menyalakan Anak Atas Kondisi Yang Dialaminya.
Beberapa orangtua yang tidak siap memiliki anak dengan disleksia cenderung menyalahkan anak karena kondisi yang dideritanya. Padahal kondisi disleksia yang meneyebabkan anak mengalami kesulitan belajar bukan merupakan keselahan yang dilakulan oleh anak, tetapi kernada ada kesalahan pada otak anak. Menyalahkan anak atas kondisi yang dialaminya justru akan membuat anak semakin depresi.
e. Selalu Dampingi Anak Dalam Belajar
Dengan selalu melakulan pendampingan dalam belajar, anak lebih mengingat apa yang dipelajarinya. Selain itu pedampingan belajar secara rutin juga dapat meningkatkan percaya diri dan motivasi anak untuk selalu belajar, Sampai saat ini belum ditemukan obat yang bisa mengeatasi disleksia, untuk itu terapi merupakan bentuk penangan yang paliang tepat untuk mengatasi kesulitan belajar pada anak disleksia. Terapi Gelombang Otak Dyslexia Treatment berbentuk CD musik terapi sehingga sangat mudah dan praktis digunakan. Penggunaan terapi ini secara rutin mamupu memnudahkan anak disleksia untuk mempercepat proses belajarnya.
6. Peran Bimbingan Konseling Terhadap Anak Disleksia
Bimbingan dan konseling perkembangan adalah layanan bimbingan dan konseling yang dirancang dengan memfokuskan pada kebutuhan, kekuatan atau kelemahan, minat, dan isu- isu yang berkaitan dengan tahapan perkembangan perserta didik dan merupakan bagian penting dan integral dari keseluruhan program pendidikan. Salah satu masalah dalam pekembangan perserta didik sekolah dasar adalah disleksia. Disleksia adalah sindromkesulitan dalam mempelajari komponene-komponen kata dan kalimat, mengintegrasikan komponen-komponen kata dan kalimat, dan dalam belajar.
Bimbingan dan konseling bertujuan membantu perserta didik agar memiliki kompetensi mengembangkan potensi dirinya seoptimal mungkin atau mewujudkan nilai –nilai dalam tugas perkembangan yang harus dikuasai seoptimal mungkin, layanan ini diberikan dengan tujuan membantu konseli menemukan jalan keluar atau solusi dari permasalahanya, sebelum koseli menemukan jalan keluarnya konselor membantu konseli menemukan aspek- askepk penting dari permasalahannya dengan membentuk konsep diri dari konseli.pelayanan bimbingandan konseling bagi anak berkebutuhan khusus akan amat erat kaitannya dengan perngembangan kecakapan hidup sehari –hari ( daily living activities) yang tidak akan terisolasi dari konteks.
Dalam memberikan layanan konseling individu terdapat beberapa teknik yang harus dikuasai oleh konselor. Teknik –teknik yang digunakan dalam kegiatan konseling individu adalah sebagai berikut.
1. Teknik attending, perilaku attending disebut juga perilaku menghampiri klien yang mencakup konponen kontak mata, bahasa tubuh, dan bahasa lisan.
2. Teknik empati, yaitu kemampuan konselor untuk merasakan apa yang dirasakan klien, merasa dan berpikir bersama klien dan bukan untuk atau tentang klien
3. Teknik refleksi, yaitu teknik untuk memantulkan kembali kepada klien tentang perasaan, pikiran, dan pengalaman sebagai hasil pengamatan terhadap prilaku verbal dan nonverbal.
4. Teknik eksplorasi, yaitu teknik untuk menggali perasaan, pikiran dan pengalaman klien.
5. Teknik paraphrasing, yaitu teknik yang menyatakan kembali esensi atau inti dari umgkapan klien kepada konselor dengan mengungkapkan kalimat yang mudah dan sederhana.
6. Teknik pertanyaan terbuka, yaitu teknik teknik untuk memancing klien agar klien mengungkapkan perasaan, pengalaman, pikiran, dan pesaan mereka.
7. Teknik pertanyaan tertutup, yaitu teknik bertanya yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi, menjernikan sesuatu dan menghentikan pembicaraan.
8. Teknik dorongan minimal, yaitu teknik memberikan suatu dorongan langsung dan singkat terhadap segala hal yang diungkapkan klien.
9. Teknik interpretasi, yaitu teknik untuk mengulas pemikiran, perasaan, dan pengalaman klien dengan merujuk pada teori- teori bukan pamdangan subjektif konselor.
10. Teknik mengarahkan, yaitu teknik untuk mengajak dan mengarahkan klien unruk melakukan sesuatu.
11. Teknik memimpin , yaitu teknik mengarahkan pembicaraan dalm wawancara konseling sehingga tujuan konseling tercapai.
12. Teknik fokus, yaitu teknik membantu klien memusatkan perhatian pada pokok pembicaraan konseling.
13. Teknik konfrotasi yaitu, teknik konselor untuk mendorong klien mengadakan penelitian diri secara jujur, meningkatkan potensi klien, dan membawa kepada klien kesadaran bahwa didalam dirinya terhadap konfilik atau pertentangan yang harus diatasi.
B. Mengenal Anak Dysgraphia
1. Pengertian Anak Dysgraphia
Dysgraphia adalah kesulitan khusus dimna anak-anak tidak bisa menuliskan atau mengekspresikan pikirannya ke dalam bentuk tulisan karena mereka tidak bisa menyuruh atau menyusun kata dengan baik dan mengoordinasikan motoric halusnya (tangan) untuk menulis. Kesulitan untuk menulis biasanya menjadi problem utama dalam rangkaian gangguan belajar, terutama pada anak yang berada di tingkat SD.
Kesulitan dalam menulis sering kali juga disalah persepsikan sebagai kebodohan oleh orang tua dan guru. Akibatnya, anak yang bersangkutan frustrasi karena pada dasarnya ia ingin sekali mengekspresikan dan mentransfer pikiran dan pengetahuan yang sudah didapat ke dalam bentuk tulisan. Hanya saja ia memiliki hambatan. Sebagai langkah awal dalam menghadapinya, orang tua harus paham bahwa dysgraphia bukan disebabkan oleh tingkat inteligensi yang rendah, kemalasan, asal-asalan menulis, dan tidak mau belajar.
Disgrafia berasal dari Bahasa Yunani berarti kesulitan khusus yang membuat anak sulit untuk menulis atau mengekspresikan pikirannya ke dalam bentuk suatu tulisan dan menyusun huruf-huruf. Penyebab disgrafia adalah karena faktor neurologis, yaitu faktor gangguan pada otak kiri depan yang berhubungan dengan kemampuan menulisnya.
Kelainan neurologis ini menghambat kemampuan menulis yang meliputi hambatan secara fisik, seperti tidak dapat memegang pensil dengan mantap ataupun tulisan tangannya buruk. Sebagai langkah awal dalam menghadapinya, orang tua harus paham bahwa disgrafia bukan disebabkan oleh tingkat inteligensi yang rendah, kemalasan, asal-asalan menulis, dan tidak mau belajar.
Gejala disgrafia biasanya anak mengalami kesulitan dalam menulis bahkan tidak dapat menulis dengan baik padahal anak seusianya sudah mampu untuk menulis dengan baik. Tanda ini juga dapat terlihat dengan cara anak menulis, biasanya anak juga sangat sulit untuk memahami suatu pertanyaan karena lemahnya dalam pemahamannya. Tanda lain adalah biasanya si anak dalam menulis mencampur antara huruf besar dengan huruf kecil dan posisi menulis mereka juga tidak konsisten.
2. Penyebab Anak Dysgraphia
Secara psesifik penyebab disgrafia tidak diketahui secara pasti, namun apabila disgrafia terjadi secara tiba-tiba pada anak maupun orang yang telah dewasa, maka diduga disgrafia disebabkan oleh trauma kepala entah karena kecelakaan, penyakit dan seterusnya. Para ahli juga menemukan bahwa anak dengan gejala dysgraphia terkadang mempunyai anggota keluarga yang memilki gejala yang serupa. Dengan demikian, ada kemungkinan factor hereditas ikut berperan dalam disgrafia.
Seperti halnya disleksia, disgrafia juga disebabkan oleh factor neurologis, yakni adanya gangguan pada otak bagian kiri depan yang berhubungan dengan kemampouan membaca dan menulis. Anak mengalami kesulitan dalam harmonisasi secara otomoatis antara kemampuan mengingat dan menguasai gerakan otot menulis huruf dan angka. Kesulitan ini tak terkait dengan masalah kemampuan intelektual, kemalasan, asal-asalan menulis, dan tidak mau bel;ajar.
Gangguan menulis kebanyakan disebabkan oleh gangguan motoric halus pada lengan, sendi tangan, dan jari-jari juga gangguan keduanya, maka gangguan itu menjadi gangguan pada koordinasi mata-tangan. Koordinasi mata-tangan ini merupakan hal yang sangart esensial. Mata haruslah mengatur tangan untuk bekerja, menunjukian jalan sehingga terjadilah kegiatan menulis dengan bentuk tertentu dan besar tertentu. Pada umumnya, anak-anak di masa preasekolah telah melakukan coret-coret dan menggambar. Mpada fase ini perkembangan motoric belum berkembang betul untuk kegiatan dengan motoric halusnya seperti hal nya pada kegiatan menulis.
3. Terapi Anak Dysgraphia
Mengidentifikasi masalah disgrafia, terdiri dari masalah penggunaan huruf capital, ketidak konsistenan bentuk huruf, alur ytang tidak stabil (tulisan naik turun) dan ukuran dan bentuk huruf tidak konsisten.
Menentukan ZPD pada masing-masing maslaah tersebut. ZPD untuk kesalahan pengguna huruf capital. ZPD untuk ketidakkonsistenan bentuk huruf. ZPD untuk ketidakkonsistenan ukuran huruf. ZPD untuk ketidakstabilan alur tulisan.
Merancang program pelatihan dengan teknik scaffoilding. Teknik scaffoilding dalam pelatihan ini meliputi tahapan berikut.
a. Memberikan tugas menulis kalimat dengan didiktekan orangtua/guru.
b. Bersama-sama dengan peserta didik mengidentifikasi kesalahan tulisan mereka.
c. Menjelaskan mengenai pelatihan dan ZPD masing-msing permasalahan.
d. Menjelaskan kriteria penulisan yang benar dan meminta anak menyatakan kembali kriteria tersebut.
e. Memberikan latihan menulis dengan orangtua/guru memberikan bantuan.
f. Mengevaluasi hasil pekerjaan peserta didik bersama-sama dnegan anak.
g. Meberikan latihan menulis dengan mengurangi bantuan terbatas pada keslahan yang banyak dilakukan anak.
h. Mengevaluasi hasil pekerjaan bersama dengan anak-anak.
i. Memberikan latihan menulis tanpa bantuan orangtua/guru.
j. Mengevaluasi pekerjaan anak.
Pahami potensi dan kondisi anak. Terutama bagi orang tua dalam menghadapi hal ini, hendaknya orang tua mampu memahami potensi anak dan kemampuannya, jangan kita beranggapan anak mengalami masalah ini lalu langsung memvonis bahwa si anak bodoh atau malas. Orang tua tetap men-support dan membimbingnya dan terus melatih kemampuan menulisnya.
Melatih menulis anak. Cara yang lain yang lebih baik adalah melatih anak untuk terus menulis secara bertahap dan usahakan agar anak tidak bosan dengan kegiatan tesebut.
4. Peran Bimbingan Konseling Terhadap Anak Dysgraphia
Sebagaimana kita ketahui bahwa tugas pokok seorang peserta didik adalah belajar dan belajar. Seolah-olah kegiatan belajar sudah menjadi kegiatan utama dalam diri tiap orang yang berstatus sebagai pelajar atau peserta didik.
Berdasarkan pengalaman pada saat meberikan pelayanan bimbingan secara klasikal, ada beberapa hal yang selama ini membuat diri peserta didik mengalami kesulitan belajar, di antaranya sebagai berikut.
a. Lingkungan belajar yang tidak nyaman, seperti cuaca yang panas, kegaduhan, suara berisik dari kendaraan bermotor.
b. Perasaan malas sehingga tidak bersemangat untuk melakukan kegiatan belajar.
c. Ketidakmampuan mengontrol penggnaan telepon seluler atau HP pada saat belajar.
d. Adanya gangguan dari ornag-orang terdekat, seperti orang tua meminta tolong untuk membuatkan/melakukan sesuatu sehingga menggangu konsentrasi belajar.
e. Metode belajar guru yang monoton dan cara penjelasan yang sulit dipahami.
f. Badan merasa tidak enak (sakit/demam).
Hal-hal tersebut diatas adalah ungkapan umum peserta didik, apa yang selama ini membuat sulit belajar? Sebagai pendidik tentu kita memilki tanggung jawab yang besar dalam mencerdaskan anak bangsa. Oleh karena itu, kesulitan belajar yang dialami peserta didik di sekolah juga harus diatasi dengan mengoptimalkan kegiatan-kegiatan pendidikan yang ada di sekolah. Salah satu kegiatan pendidikan tersebut adalah kegiatan pembimbingan yang diberikan oleh tenaga khusus, yakni guru pembimbing atau konselor sekolah. Keberadaan konselor sekolah diharapkan dapat membantu tiap-tiap peserta didik yang sedang mengalami kesulitam belajar melalui kegiatan-kegiatan bimbingan dan konseling yang diberikan kepada peserta didik, baik secara individu maupun kelompok.
Kesulitan belajar yang dialami para peserta didik dapat dilihat dari beberapa hal. Diantarnya adalah peserta didik memperoleh skor yang rendah atau tidak berdaya pada saat mempelajari mata pelajaran yang tertentu. Dalam wawancara konselng tersebut, diharapkan konselor sekolah membantu dirinya menunjukan dan mencari tahu hal-hal apa saja yang menjadi penyebab kesulitan belajarnya sehingga dirinya memperoleh nilai yang rendah atau mengalami ketidak berdayaan pada saat mempelajari mata pelajaran tertentu.
Kegiatan ini bias saja dilakukan secara berkelompok (konseling kelompok) selama masalah yang dihadapi peserta didik tersebut ada kesamaan sehingga dengan demikian dapat menghemat waktu pelayanan. Namun, koselor sekolah juga perlu memperhatikan efektivitas kegiatan dan pencapaian tujuan dari kegiatan layanan tersebut.
Masalah kesulitan belajar yang dialami peserta didik memang, perlu diperhatikan dengan serius guna membantu peserta didik memahami setiap mata pelajaran yang diterimanya. Kurikulum yang mereka terima adalah suatu “kewajiban” yang dialami dan disukai oleh setiap peserta didik demi tercapainya tujuan pendidikan nasional itu sendiri. Oleh karena itu, peranan konselor sekolah dirasa sangat penting dalam membantu perkembangan peserta didik, melalui kegiatan-kegiatan layanan bimbingan dan konseling yang diberikannya.
C. Mengenal Anak Diskalkulia
1. Pengertian Anak Diskalkulia
Diskalkulia dikenal dengan “Math Difficulty” karena menyangkut gangguan pada kemampuan kalkulasi secara matematis. Kesulitan ini secara kuantitatif terbagi menjadi dua kesulitan berhitung (Counting) dan mengalkulasi (calculating). Hal ini di tandai kesulitan belajar dan mengerjaikan tugas yang melibatkan angka ataupun simbol matematis. Disebabkan karena adanya gangguan pada sistem syaraf pusat pada periode perkembangan.
Deteksi diskalkulia bisa dilakukan sejak kecil disesuaikan dengan perkembangan usia. Anak usia 4-5 tahun belum di wajibkan mengenal konsep jumlah, hanya konsep hitungan. Sedangkan usia 6 tahun ke atas umumnya sudah diperkenalkan dengan konsep jumlah mengunakan simbol seperti penambahan (+), kekurangan (-). Jika usia 6 tahun sulit dengan jumlah konsep, kemungkinan anak kesulitan berhitung. Faktor genetik mungkin berperan pada kasus diskalkulia, tetapi faktor lingkungan dan simulasi juga bisa ikut menentukan. Meskipun umumnya diskalkulia terjadi yang dialami anak-anak, ada juga yang berkembang pada usia dewasa.
Menurut Johnson dan myklebust (1967) dalam Abdurrahman (2003), matematika adalah Bahasa simbolis yang fungsinya praktis untuk mengespresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan, sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berpikir.
Sedangkan lerner (1988) dalam Abdurrahman (2003) mengemukakan bahwa matematika disamping sebagai Bahasa simbolis dan ciri utamanya adalah cara bernalar deduktif, tetapi tidak melupakan cara bernalar induktif. Dari berbagai pendapat bahwa matematika adalah ilmu tentang kuantitas (the science of quantity) atau ilmu tentang ukuran diskrit dan berlanjut (the science of discrate dan continuous) sebagaimana dikatakan Runes (1967) telah ditinggalkan (Abdurrahman, 2003). Cornelius (1982) dalam Abdurrahman (2003) mengemukkan lima alasan perlunya belajar matematika:
a. Secara berpikir yang jelas
b. Sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari
c. Sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman
d. Sarana pengembangan kreativitas
e. Sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya.
Lerner (1981) dalam Abdurrahman (2003) mengatakan bahwa ada beberapa karakteristik anak diskalkulia, sebagai berikut:
a. Adanya Gangguan dalam Hubungan keruangan
1). Konsep hubungan keruangan seperti atas-bawah, puncak-dasar, jauh-dekat, tinggi-rendah, depan-belakang, awal-akhir umumnya telah dikuasai oleh anak pada saat mereka belum masuk SD.
2). Anak-anak memperoleh pemahaman tentang berbagai konsep hubungan keruangan tersebut dari pengalaman mereka dalam berkomunikasi dengan lingkungan sosial mereka atau melalui berbagai permainan.
3). Tetapi anak kesulitan belajar sering mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dan lingkungan sosial juga sering tidak mendukung terselenggarannya suatu situasi yang kondusif bagi terjadinya komunikasi antarmereka.
4). Adanya kondisi intrinsik yang diduga karena disfungsi otak dan kondisi eksrinsik berupa lingkungan sosial yang tidak menunjang terselenggaranya komunikasi dapat menyebabkan anak mengalami gangguan dalam memhami konsep hubungan.
5). Adanya gangguan dalam memahami konsep-konsep hubungan keruangan dapat menggangu pemahaman anak tentang sistem bilangan secara keselurahan.
6). Anak tidak merasakan jarak antara angka-angka pada garis bilangin atau penggaris, dan mungkin anak juga tidak tahu bahwa angka 3 lebih dekat ke angka 4 dari pada angka 6.
b. Abnormalitas Persepsi Visual
1). Anak diskalkulia sering mengalami kesulitas untuk melihat berbagai objek dalam hubungannya dengan kelompok atau set.
2). Kesulitan semacam itu merupakan salah satu gejala adanya abnormalitas persepsi visual. Kemampuan melihat objek dalam kelompok merupakan dasar yang sangat penting yang memungkinkan anak dapat secara cepat mengindentifikasi jumlah objek dalam satu kelompok.
3). Anak yang mengalami abnormalitas persepsi visual akan mengalami kesulitan bila mereka diminta untuk menjumlahkan kedua kelompok benda yang masing-masing terdiri dari lima atau empat anggota.
4). Anak semacam itu mungkin akan menghitung satu per satu anggota tiap kelompok peserta didik lebih dahulu sebelum menjumlahkannya.
c. Asosiasi Visual – Motor
1) Anak diskalkulia sering tidak dapat menghitung benda-benda secara berurutan sambil menyebutkan bilangannya “satu, dua, tiga, empat, lima”.
2) Anak mungkin baru memegang benda yang ketiga, tetapi telah mengucapkan “lima”, atau sebaliknya telah menyetuh benda kelima, tetapi baru mengucapkan “tiga”.
3) Anak-anak semacam ini dapat memberikan kesan mereka hanya menghafal bilangan tanpa memahami maknanya.
d. Perseverasi
1) Ada anak yang perhatiannya melekat pada suatu objek saja dalam jangka panjang waktu relative lama.
2) Gangguan perhatian semacam ini disebut perseverasi. Anak demikian mungkin pada mulanya dapat mengerjakan tugas dengan baik, tetapi lama-kelamaan perhatiannya melekat pada suatu objek tertentu.
e. Kesulitan Mengenal Dan Memahami Simbol
1) Anak diskalkulia sering mengalami kesulitan dalam mengenal dan menggunakan simbol-simbol matematika seperti +,-,=,>,<. Dan sebagainya.
2) Kesulitan semacam ini dapat disebabkan oleh adanya gangguan memori, tetapi juga dapat disebabkan oleh adanya gangguan persepsi visual.
f. Gangguan Penghayatan Tubuh
1) Anak diskalkulia sering memperlihatkan adanya gangguan penghayatan tubuh (Body Image).
2) Anak demikian merasa suit untuk memahami hubungan bagian-bagian dari tubuhnya sendiri.
3) Jika anak diminta untuk menggambar tubuh orang, misalnya mereka akan menggambar orang dengan bagian-bagian tubuh yang tidak lengkap atau menempatkan bagian tubuh pada posisi yang salah. Misalnya leher tidak tampak, tangan diletakkan dikepala, dan sebagainya.
g. Kesulitan Dalam Bahasa dan Membaca
1) Matematika itu sendiri pada hakikatnya adalah simbolis. Oleh karena itu, kesulitan dalam bahasa dapat berpengaruh terhadap kemampuan anak dibidang matematika.
2) Soal matematika yang terbentuk cerita menuntut kemampuan membaca untuk memecahkannya. Oleh karena itu, anak yang mengalami kesulitan membaca akan mengalami kesulitan dalam memecahkan soal matematika yang terbentuk cerita tertulis.
h. Performance IQ Jauh Lebih Rendah Dari Pada Verbal IQ
1) Hasil tes inteligensi dengan menggunakan Wisc menunjukkan bahwa anak diskalkulia menujukkan bahwa anak diskalkulia memiliki skor PIQ yang jauh lebih rendah dari pada skor VIQ.
2) Tes intelegensi ini memiliki dua subtes, yaitu tes verbal dan tes performance.
3) Subtes verbal mencakup: informasi; persamaan; aritmetika; perbedaharaan; pemahaman.
4) Subtes performance mencakup: melengkapi gambar; menyusun gambar; menyusun balok; menyusun objek; coding.
5) Rendahnya skor PIQ pada anak diskalkulia tampaknya terkait dengan kesulitan memahami konsep keruangan, gangguan persepsi visual, dan adanya gangguan asosiasi visual-motor.
Menurut Lenner (1981) dalam Abdurrahman (2003), ada berbagai kesalahan umum yang dilakukan oleh anak diskalkulia, yaitu:
a. Kekurangan pemahaman tentang simbol;
b. Kekurangan pemahaman tentang nilai tempat;
c. Kekurangan pemahaman tentang perhitungan;
d. Penggunaan proses yang keliru;
e. Tulisan yang tidak terbaca;
Kekurangan pemahaman tentang simbol. Anak-anak umumnya tidak terlalu banyak mengalami kesulitan jika kepada mereka disajikan soal-soal, seperti 4+3=....., atau 8-5=....., namun akan mengalami kesulitan jika dihadapkan pada soal-soal seperti 4 =..... = 7; 8 = .......+5; ....... + 3 = 6; atau ......-4 = 7; atau 8-....=5.
Kesulitan semacam ini umumnya karena anak tidak memahami simbol-simbol sama dengan (=), tambah (+), kurang (-), dan sebagainya. Agar anak dapat menyelesaikan soal-soal matematika, mereka harus lebih dahulu memahami simbol-simbol tersebut.Kekurangan pemahaman nilai tempat. Ada anak yang belum memahami nilai tempat seperti satuan, puluhan, ratusan, dan sebagainya. Ketidakpahaman tentang nilai tempat akan semakin mempersulit anak jika kepada mereka dihadapkan lambang bilangan basis bukan sepuluh. Bagi anak yang tidak berkesulitan belajar pun, banyak yang mengalami kesulitan untuk memahami lambang bilangan yang berbasis bukan sepuluh. Oleh karena itu, banyak yang menyarankan agar pelajaran matematika SD lebih menekankan pada aritmatika atau berhitung yang dapat digunakan secara langsung dalam kehidupan sehari-hari.
Anak yang melakukan kekeliruan semacam itu dapat juga karena lupa cara menghitung persoalan pengurangan atau penjumlahan tersusun ke bawah sehingga anak tidak cukup hanya diajak memahami nilai tempat, tetapi juga diberikan latihan yang cukup.
Perhitungan. Ada anak yang belum mengenal dengan baik konsep perkalian, tetapi mencoba menghafal perkalian tersebut. Hal ini dapat menimbulkan kekeliruan jika hafalannya salah. Daftar perkalian mungkin dapat membantu memperbaiki kekeliruan anak jika anak telah memahami konsep perkalian.
Penggunaan proses yang keliru. Kekeliruan dalam penggunaan proses perhitungan dapat dilihat terjadi karena: mempertukarkan simbol; jumlah satuan dan puluhan ditulis tanpa memperhatikan nilai tempat; semua digit ditambahkan bersama (algoritma yang keliru dan tidak memperhatikan nilai tempat); digit ditambahkan dari kiri ke kanan dan tidak memperhatikan nilai tempat; dalam menjumlahkan, puluhan digabungkan dengan satuan; bilangan yang besar dikurangi bilangan yang kecil tanpa memperhatikan nilai tempat; bilangan yang telah dipinjam, nilainya tetap.
Tulisan yang tidak dapat dibaca. Ada anak yang tidak dapat membaca tulisannya sendiri karena bentuk-bentuk hurufnya tidak dapat tepat atau tidak lurus mengikuti garis. Akibatnya, anak banyak mengalami kekeliruan karena tidak mampu lagi membaca tulisannya sendiri.
Menurut Rini (2008), hal-hal yang perlu dilakukan pada anak diskalkulia adalah sebagai berikut.
a) Visualisasi Konsep Matematika
Visualisasi konsep matematika yang sulit dimengerti dengan menggunakan gambar atau cara lain untuk menjembatani lagkah-langkah atau urutan proses matematika.
b) Menyuarakan Konsep Matematika
Suarakanlah konsep matematika yang sulit dimengerti dan mintalah kepada anak mendengarkan dengan cermat. Biasanya anak diskalkulia tidak mengalami kesulitan dalam memahami konsep-konsep verbal.
c) Tuangkan Di Atas Kertas
Tuangkan konsep matematika atau angka-angka secara tertulis di atas kertas agar anak mudah melihatnya dan tidak sekadar abstrak, atau kalau perlu, tuliskan urutan angka-angka itu untuk membantu anak memahami konsep setiap angka sesuai dengan urutannya.
d) Tuangkan Dalam Bentuk Praktik
Tuangkan konsep-konsep matematika dalam praktik serta aktivitas sederhana sehari-hari. Misalnya, berapa sepatu yang harus dipakainya jika bepergian, berapa potong pakaian seragam sekolahnya dalam seminggu, berapa jumlah kursi makan yang diperlukan jika disesuaikan dengan anggota keluarga yang ada, dan sebagainya.
e) Dorongan Melatih Ingatan
Sering-seringlah mendorong anak melatih ingatan secara kreatif, misalnya dengan menyanyikan angka-angka.
f) Pujilah Setiap Keberhasilan
Pujilah setiap keberhasilan, kemajuan, atau usaha yang dilakukan anak.
g) Proses Asosiasi
Lakukan proses asusiasi antara konsep yang sedang diajarkan dengna kehidupan nyata-sehari-hari sehingga anak memahaminya.
h) Kerja Sama Terpadu
Harus ada kerja sama terpadu antara guru dan orang tua untuk menentukan strategi belajar di kelas, memonitor perkembangan dan kesulitan anak, serta melakukan tindakan-tindakan yang perlu untuk memfasilitasi kemajuan anak. Misalnya, guru memberi saran tertentu kepada orang tua tentang tugas, buku-buku bacaan, serta latihan yang diperlukan di rumah.
2. Penyebab Anak Diskalkulia
a. Kelemahan Pada Proses Penglihatan Atau Visual
Penyebab diskalkulia disebabkan oleh adanya kelemahan proses penglihatan atau visualisasi, misalnya anak sulit fokus pada pelajaran atau permainan. Matematika membutuhkan prosedur penyelesaian yang berurut mengikuti pola-pola tertentu, anak diskalkulia sulit mengikuti prosedur tersebut.
b. Bermasalah Dalam Hal Mengurut Informasi
Seorang anak yang mengalami kesulitan dalam mengurutkan dan mengorganisasikan informasi secara detail, umumnya juga akan sulit mengingat sebuah fakta, konsep, ataupun formula untuk menyelesaikan kalkulasi matematis. Jika problem ini yang menjadi penyebabnya, maka anak cenderung mengalami hambatan pada aspek kemampuan lainnya, seperti membaca kode-kode dan mengeja, serta apa pun yang membutuhkan kemampuan mengingat kembali hal-hal detail.
c. Fobia Matematika
Anak yang pernah mengalami trauma dengan pelajaran matematika bisa kehilangan rasa percaya dirinya. Jika hal ini tidak diatasi segera, ia akan mengalami kesulitan dengan semua hal yang mengandung unsur hitungan.
d. Masalah yang Disebabkan Fungsi Fisiologis Tubuh
Diskalkulia berkolerasi dengan luka pada area spesifik otak, yaitu supramarginal dan angular gyri yang menjembatani lobus temporal dan pariental pada kulit otak. Anak dengan gejala diskalkulia berkecenderungan untuk memiliki anggota keluarga dengan gejala yang sama.
e. Masalah pada Masa Kehamilan
Pada masa kehamilan, misalnya si ibu pernah mengalami keracunan atau kena penyakit akibat virus pada masa kehamilan. Salah satu penyebab lain dapat pula akibat proses kehamilan atau proses kelahirannya bayi tersebut kekurangan oksigen atau persalinannya tidak lancar.
Upaya penanganan gangguan belajar Diskalkulia harus dilakukan oleh spesialis yang berkompeten di bidangnya berdasarkan serangkaian tes dan observasi yang valid dan tepercaya. Bentuk terapi atau treatment yang akan diberikan pun harus berdasarkan evaluasi terhadap kemampuan dan tingkat hambatan anak secara detail dan menyeluruh.
Bagaimanapun, kesulitan ini besar kemungkinan terkait dengan kesulitan dalam aspek-aspek lainnya, seperti Disleksia. Perbedaan derajat hambatan akan membedakan tingkat treatment dan strategi yang diterapkan. Selain penanganan yang dilakukan ahli, orang tua pun disarankan melakukan beberapa latihan yang dapat mengurangi gangguan belajar, seperti berikut ini :
1) Cobalah memvisualisasikan konsep matematis yang sulit dimengerti, dengan menggunakan gambar ataupun cara lain untuk menjembatani langkah-langkah atau urutan dari proses keseluruhannya.
2) Bisa juga dengan menyuarakan konsep matematis yang sulit dimengerti dan minta si anak mendengarkan secara cermat. Biasanya anak diskalkulia tidak mengalami kesulitan dalam memahami konsep secara verbal.
3) Tuangkan konsep matematis ataupun angka-angka secara tertulis di atas kertas agar anak mudah melihatnya dan tidak sekadar abstrak. Atau kalau perlu, tuliskan urutan angka-angka itu untuk membantu anak memahami konsep setiap angka sesuai dengan urutannya.
4) Tuangkan konsep-konsep matematis dalam praktil serta aktivitas sederhana sehari-hari. Misalnya, berapa sepatu yang harus dipakainya jika bepergian, berapa potong pakaian seragam sekolahnya dalam seminggu, berapa jumlah kursi makan yang diperlukan jika disesuaikan dengan anggota keluarga yang ada, dan sebagainya.
5) Sering-seringlah mendorong anak melatih ingatan secara kreatif, entah dengan cara menyanyikan angka-angka, atau cara lain yang mempermudah menampilkan ingatannya tentang angka.
6) Pujilah setiap keberhasilan, kemajuan atau bahkan usaha yang dilakukan oleh anak.
7) Lakukan proses asosiasi antara konsep yang sedang diajarkan dengan kehidupan nyata sehari-hari sehingga anak mudah memahaminya.
8) Harus ada kerja sama terpadu antara guru dan orang tua untuk menentukan strategi belajar di kelas, memonitor perkembangan dan kesulitan anak, serta melakukan tindaka-tindakan yang perlu untuk memfasilitasi kemajuan anak. Misalnya, guru memberi saran tertentu kepada orang tua tentang tugas, buku-buku bacaan, serta latihan yang diperlukan di rumah.
3 . Terapi Anak Diskalkulia
Terapi yang disarankan dalam menangani anak diskalkulia adalah sebagai berikut :
a. Memvisualisasikan konsep matematis yang sulit dimengerti dengan menggunakan gambar dan tulisan yang menarik untuk membantu anak diskalkulia dalam memahami pelajaran matematika.
b. Menuangkan konsep matematis secara tertulis dan urut sehingga anak tidak perlu melihat soal secara abstrak.
c. Memberikan soal latihan yang dianggap sulit untuk anak diskalkulia, seperti soal urut angka, baca angka, perbandingan angka, pengenalan operasi aritmatika, dan memori.
d. Diskalkulia dapat kenal dengan istilah “math difficulty”, yakni mengenai gangguan pada kemampuan mengenali angka secara matematis. Kesulitan belajar angka ini dapat ditinjau secara kuantitatif yang terbagi menjadi bentuk kesulitan dalam berhitung (counting) dan mengalkulasi ( calculating). Hal tersebut biasanya akan ditandai dengan munculnya kesulitan belajar dan mengerjakan tugas yang melibatkan angka ataupun simbol matematis.
Gangguan belajar (Learning Disorder) adalah suatu gangguan neurologis yang memengaruhi kemampuan untuk menerima, memproses, menganalisis, atau menyimpan suatu informasi yang telah didapat oleh anak. Anak yang mengalami gangguan belajar mungkin mempunyai tingkat inteligensi yang sama atau bahkan lebih tinggi dibandingkan dengan teman sebayanya atau anak normal. Masalah yang terkait dengan kesehatan mental dan gangguan belajar, yaitu kesulitan dalam membaca, menulis, mengeja, mengingat, penalaran, serta keterampilan motorik dan masalah dalam matematika.
Levine dan rekan-16, model belajar yang dapat membantu memperjelas penyebab masalah anak mengalami gangguan belajar matematika dan membantu mengevaluasi gangguan belajar matematika adalah sebagai berikut :
a. Belajar Fakta
Tahap awal pembelajaran matematika pada sekolah dasar umumnya menempatkan ketergantungan pada memori atau hafalan sebagai seorang anak berusaha untuk menggabungkan volume besar dari fakta-fakta matematika. Setelah fakta-fakta yang hafal, anak kemudian harus terlibat dalam pengambilan konvergen, fakta harus ingat tepatnya pada permintaan.
b. Memahami Perincian
Matematika sangat detail dalam syarat perhitungan, yakni berupa urutan nomor, masalah yang tepat dari, tanda desimal operasional yang tepat (+,-) terdiri dari permasalahan matematika. Perhatian dengan tinggi terhadap detail diperlukan seluruh perhitungan matematika. Anak yang mungkin menghadapi masalah dengan perhitungan matematika di tingkat ini adalah mereka yang memiliki defisit perhatian dan mereka yang impulsif dan kurangnya pemantauan diri anak.
c. Menguasai Prosedur
Peserta didik harus mampu mengingat prosedur tertentu (misalnya, algoritma matematika). Algoritma ini meliputi proses yang terlibat dalam perkalian, pembagian, pengurangan pecahan, dan regrouping. Sebuah pemahaman yang baik tentang logika yang mendasari mereka meningkatkan recall dari prosedur tersebut. Pada tingkat fungsi, anak-anak dengan masalah sequencing mengalami kesulitan yang signifikan mengakses dan menerapkan algoritma matematika.
d. Menggunakan Manipulasi
Dengan bertambahnya pengalaman dan keterampilan pada anak usia sekolah, anak harus dapat memanipulasi fakta, detail, dan prosedur untuk memecahkan masalah matematika yang lebih kompleks, sebuah proses yang membutuhkan mengintregasikan beberapa fakta dan prosedur dalam tugas pemecahan masalah yang sama. Peserta didik dengan kemampuan aktif bekerja mengalami kesulitan memori yang cukup menggunakan manipulasi.
e. Mengenali Pola
Peserta didik dapat mengenali pola dengan berbagai macam pola berulang. Pola dapat terdiri dari kata kunci atau frase yang terus-menerus muncul dari masalah kata dan menghasilkan petunjuk penting tentang prosedur yang diperlukan.
4. Peran Bimbingan Konseling Terhadap Anak Diskalkulia
Di sekolah tugas utama guru pembimbing adalah melaksanakan kegiatan bimbingan dan konseling, maka guru pembimbing dapat membantu peserta didik agar memahami segala kekuatan dan kelemahan serta kekurangan yang dimilikinya. Guru pembimbing juga dituntut untuk mengenal lingkungan pendidikan, berdasarkan pemahaman itu, maka peserta didik diharapkan dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya dan mampu membuat keputusan yang mantap dan realitas berkaitan dengan masa depannya.
Selain itu, layanan bimbingan dan konseling juga merupakan salah satu aspek pendidikan yang bertujuan membantu peserta didik agar berkembang secara optimal. Peran bimbingan konseling diarahkan agar peserta didik menguasai sejumlah kompetensi yang dalam mencapai tujuan pendidikan, seperti kompetensi fisik, intelektual, pribadi dan spiritual. Dalam proses pembelajaran layanan BK yang dilakukan oleh guru pembimbing di sekolah bukan hanya diberikan kepada peserta didik yang mengalami masalah belajar, akan tetapi juga diberikan kepada seluruh peserta didik dalam rangka meningkatkan prestasi belajarnya.
Peran bimbingan konseling menurut Crow and Crow adalah sebagai berikut :
a. Perkembangan pribadi dan penyesuaian diri.
b. Kemajuan dalam pendidikan dan penyesuaian.
c. Perkembangan yang berhubungan dengan jabatan dan penyesuaiannya.
d. Follow up setelah meninggalkan sekolah.
Secara khusus bimbingan penyuluhan di sekolah siperankan oleh seorang konselor sebagai bagian yang cukup penting dari organisasi sekolah. Pada dasarnya konseling di sekolah, memberi layanan bantuan kepada individu dalam memecahkan masalah belajar sebagai peserta didik untuk mencapai keberhasilan dalam belajar. Konselor melaksanakan konseling dengan cara memberi layanan bantuan yang bersifat psikis dan psikologis mengatasi kesulitan belajar peserta didik.
Layanan bimbingan dan konseling mempunyai tujuan supaya orang yang dilayani menjadi mampu mengatur kehidupannya sendiri, memiliki pandangannya sendiri, mengambil sikap sendiri dan berani menanggung sendiri akibat dan konsekuensi dari tindakan-tindakannya. Oleh karena itu, konselor mempunyai tanggung jawab untuk : 1) memberikan informasi, yaitu menyajikan suatu keputusan atau memberitahukan sesuatu sambil memberikan nasehat; 2) mengarahkan, menuntun ke suatu tujuan, dan tujuan itu mungkin hanya diketahui oleh pihak yang mengarahkan dengan menggunakan teknik-teknik konseling.
Dalam mengatasi masalah belajar diperlukan layanan dasar yang bertujuan untuk membantu seluruh peserta didik untuk berperilaku efektif dan meningkatkan keterampilan-keterampilan hidupnya. Layanan dasar dilakukan secara sistematik bagi seluruh peserta didik. Isi layanan dasar, antara lain sebagai berikut :
a. Kerja sama dalam kelompok.
b. Peranan sosial laki-laki dan perempuan.
c. Penerimaan keadaan diri dan penggunaan secara efektif.
d. Mengembangkan sikap dan perilaku emosional yang mantap.
e. Persiapan diri ke arah kemandirian ekonomi.
f. Pemilihan dan persiapan kerja.
g. Mengembangkan sikap yang positif terhadap perkawinan dan kehidupan berkeluarga.
h. Mengembangkan keterampilan intelektual dan pemahaman konsep-konsep yang diperlukan untuk menjadi warga negara yang baik.
i. Mengembangkan sikap dan perilaku sosial yang bertanggung jawab.
j. Pemahaman dalam nilai-nilai dan etika hidup bermasyarakat.
Untuk mengatasi masalah belajar, maka diperlukan kerja sama di antara personel sekolah atau orang-orang yang terlibat di sekolah, seperti guru pembimbing, guru mata pelajaran, wali kelas, kepala sekolah, staf tata usaha, peserta didik dan orang-orang diluar sekolah yang ada kaitannya dengan sekolah tersebut. Guru pembimbing dengan guru mata pelajaran mempunyai tanggung jawab yang sama dalam mengembangkan dan membelajarkan peserta didik sehingga mencapai hasil yang optimal, sangat perlu dijalin suatu kerja sama yang saling menguntungkan dengan bersifat intregrated, correlated, dan continue. Maka hal ini guru mata pelajaran dapat dijadikan sebagai jembatan dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling.

Daftar Pustaka :
https://id.wikipedia.org/wiki/Perkembangan_anak
https://bundaarsya.wordpress.com/2011/06/17/komunikasi-orang-tua-dan-anak/
Atmaja, J. Rinakri. (2017). Pendidikan dan Bimbingan Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
">

Jumat, 12 April 2019

Tugas 2 Mtk & Ilmu Alamiah Dasar

1. Frekuensi penggunaan gadget dalam 1 hari, dan jenis sosial media yang digunakan beserta alasannya?

Jawab : Frekuensi saya dalam menggunakan gadget dalam 1 hari adalah ± 5 jam dan sosial media yang sering digunakan adalah Line dan WhatApp menurut saya aplikasi tersebut praktis, hemat data internet dan murah jadi memudahkan saya berkomunikasi dengan orang lain.



2. Bagaimana peranan IPTEK dalam ekonomi, sosial dan budaya? 
   Jawab :  

-  Bidang Ekonomi : 
Pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi, terjadinya Industrialisasi, produktifitas dunia industri semakin meningkat karena  kemajuan teknologi akan meningkatkan baik dari teknologi industri maupun pada aspek jenis produksi, persaingan dalam dunia kerja, akan menuntut pekerja untuk selalu menambah skill dan pengetahuan yang dimiliki.

- Bidang Sosial :
Semakin mudahnya kita untuk berkomunikasi satu sama lain dan semakin mudahnya kita untuk mengetahui peristiwa-peristiwa yang terjadi atau suatu informasi seperti suatu berita.

- Bidang Budaya :

Budaya atau kebudayaan adalah kerangka acuan bagi perilaku masyarakat pendukungnya yang berupa nilai-nilai (kebenaran, keindahan, keadilan, kemanusiaan, dll) yang berpengaruh sebagai kerangka untuk membentuk pandangan hidup manusia yang relatif menetap dan dapat dilihat dari warga budaya itu untuk menentukan sikapnya terhadap berbagai gejala dan peristiwa kehidupan. Kemudian dapat membuat Semakin berkembangnya daya pikir individu dalam suatu bidang, baik  dari segi ekonomi, politik, pendidikan, dan lain sebagainya.

Rabu, 27 Maret 2019

Tugas matematika & Ilmu Alamiah Dasar

MITOS, LEGENDA & CERITA RAKYAT DARI JAWA BARAT



1. Darimana asal kita? Cari tau tentang mitos, legenda dan cerita rakyat asal kita?
         Jawab: 

Asal saya dari Jawa Barat.
Mitos : Gunung salak dan Prabu siliwangi
   Gunung yang terletak di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Banyaknya kecelakaan yang terjadi di Gunung Salak, semakin menguatkan mitos bahwa gunung berapi ini angker. Terlebih, sebagian warga setempat ada yang masih percaya bahwa Gunung Salak adalah tempat yang suci, tempat terakhir kemunculan Prabu Siliwangi, raja Padjajaran, kerajaan Hindu terakhir di Jawa Barat.
   Sebuah pura juga dibangun di lereng Gunung Salak. Pura Parahyangan Agung Jagatkarta Tamansari Gunung Salak ini konon dibangun sebagai penghormatan terhadap Prabu Siliwangi dan para prajuritnya yang menghilang di Gunung Salak dan menjelma menjadi macan.
   Masyarakat sekitar juga sering menemukan hal-hal gaib di kawasan Gunung Salak ini yang berhubungan dengan Prabu Siliwangi. Sebelum membangun pura ini pada 1995, umat Hindu terlebih dahulu membangun candi dengan patung macan berwarna putih dan hitam. Di lokasi inilah, diyakini Prabu Siliwangi menghilang dan berubah wujud menjadi macan.
   Kenapa memilih di lokasi itu dibangun pura? Konon, pada tahun 1981 silam, tempat tersebut dikenal sebagai Batu Menyan. Batu menyan ini setiap harinya mengeluarkan asap. Konon masyarakat sekitar setiap hari melihat cahaya putih, dan sinar terang dari angkasa, kemudian turun ke batu.
   Dengan mitos tersebut, tak heran Gunung Salak jadi terkenal angker. Banyak pendaki yang hilang lantaran tersesat. Selama ini, tak sedikit pendaki Gunung Salak mengaku ada yang mendengar gamelan atau pun melihat penampakan-penampakan mahluk halus saat mendaki Gunung Salak. Para pendaki pun disarankan untuk tidak mengucapkan kata-kata kotor atau kasar selama perjalanan. Tujuannya untuk menghindari gangguan 'lelembut' penunggu Gunung Salak.
Legenda : Tangkuban Perahu
    Dahulu kala di sebuah tanah Pasundan, ada seorang dewi nan cantik jelita tinggal di sebuah gubuk yang letaknya berada di tengah hutan. Dewi itu bernama Dayang Sumbi. Dayang Sumbi tinggal sendirian disana dan hanya ditemani oleh seekor anjingnya yang setia bernama Tumang. Setiap hariia mengerjakan berbagai aktivitas seperti juga menenun kain. Akan tetapi pada suatu hari, salah satu alat tenunnya hilang entah dimana sehingga ia tidak bisa menenun pada hari itu.
    Lantas Dayang Summbi mencari alatnya agar bisa kembali menyelesaikan pekerjaannya. Dia mencari kesana kemari akan tetapi tetap saja tidak bisa menemukan alat tersebut hingga akhirnya iapun berkata bahwa siapapun yang menemukan alatnya akan dia jadikan suami bila laki-laki dan akan ia jadikan saudara bila ia wanita. Dan ternyata benar saja, saat itu Tumang lah yang berhasil menemukan alat tenunnya itu, dan akhirny aia menikahi Tumang.
    Sebenarnya Tumang bukanlah seekor anjing, akan tetapi dia mendapatkan kutukan dari seorang penyihir jahat. Akhirnya perkawinan mereka melahirkan seorang buah hati laki-laki yang sagat lucu dan diberi nama Sangkuriang. Sangkuriang ia didik dengan baik dan akhirnya tumbuh besar menjadi seorang anak yang sangat baik dan berbakti kepada Dayang Sumbi. Akan tetapi Dayang Sumbi tak pernah memberitahu bahwa Tumang adalah ayahnya. Sangkuriang adalah seorang anak laki-laki yangsangat bersemangat dan sangat menyukai perburuan di hutan. Dan semuanya benar-benar berjalan lancar layaknya kehidupan keluarga lain pada umumnya.
    Suatu hari Sangkuriang dan Tumang tengah berburu rusa di hutan. Akan tetapi pad ahari itu mereka tidak menemukan rusa satupun. Akan tetapi ia justru bertemu dengan babi hutan. Pada saat itu Sangkuriang menyuruh Tumang untuk memburu dan membunuh babi hutan itu untuknya. Akan tetapi Tumang tidak melakukannya karena babi hutan itu adalah ibu dari Dayang Sumbi yang juga dikutuk oleh penyihir jahat.
   Melihat hal tersebut, Sangkuriang menjadi marah dan akhirnya ia membunuh Tuimang dan mengeluarkan hari anjing setianya itu. Sangkuriang pun pulang dan memberikan hati Tumang kepada Dayang Sumbi. Mengetahui bahwa Tumang tidak bersama dengan Sangkuriang, Dayang Sumbi pun menanyakan dimana keberadaan Tumang. Akhirnya Sangkuriang mengakui perbuatannya. Tentu saja hal ini membuat Dayang Sumbi marah dan kecewa hingga akhirnya memukul kepala Sangkuriang dengan batok dan Sangkuriangpun pergi meninggalkan rumah.
   Sangkuriang akhirnya tumbuh tanpa ibunya. Ia terus tumbuh menjadi lelaki yang sangat rupawan dan terampil. Suatu hari ia bertemu seorang wanita cantik di tengah hutan dan ia pun langusng jatuh cinta. Ya, wanita itu adalah Dayang Sumbi, ibunya yang merupakan seorang dewi sehingga ia tak bisa menjadi tua. Sangkuriang benar-benar mabuk cinta dan tidak mengenali wajah ibunya, berbeda dengan Dayang Sumbi yang tetap mengetahui bahwa ia adalah anaknya dari luka yang ada di kepalanya. Meskipun demikian Dayang Sumbi tetap berusaha menutupinya. Namun, Sangkuriang kemudian melamar Dayang Sumbi untuk dijadikan istrinya.
   Untuk menghindari pernikahan antara mereka, Dayang Sumbi akhirnya meminta Sangkuriang untuk membuatkan danau dan perahu dalam satu malam sebagai hadiah pernikahan. Dan dengan bantuan makhluk gaib, apa yang ia minta benar-benar bisa terlaksana dalam waktu satu malam. Melihat pekerjaan Sangkuriang yang hampir selesai, Dayang Sumbi kemudian mencari cara untuk menggagalkannya, mengetahui niat Dayang Sumbi, akhirnya Sangkuriang marah dan menendang perahu yang ia buat. Dan akhirnya perahu tersebut dikenal denga nama Tangkuban Perahu.
Cerita Rakyat : Lutung Kasarung
   Pada jaman dahulu kala di tatar pasundan ada sebuah kerajaan yang pimpin oleh seorang raja yang bijaksana, beliau dikenal sebagai Prabu Tapak Agung. Prabu Tapa Agung mempunyai dua orang putri cantik yaitu Purbararang dan adiknya Purbasari. Pada saat mendekati akhir hayatnya Prabu Tapak Agung menunjuk Purbasari, putri bungsunya sebagai pengganti. “Aku sudah terlalu tua, saatnya aku turun tahta,” kata Prabu Tapa.
   Purbasari memiliki kakak yang bernama Purbararang. Ia tidak setuju adiknya diangkat menggantikan Ayah mereka. “Aku putri Sulung, seharusnya ayahanda memilih aku sebagai penggantinya,” gerutu Purbararang pada tunangannya yang bernama Indrajaya. Kegeramannya yang sudah memuncak membuatnya mempunyai niat mencelakakan adiknya. Ia menemui seorang nenek sihir untuk memanterai Purbasari. Nenek sihir itu memanterai Purbasari sehingga saat itu juga tiba-tiba kulit Purbasari menjadi bertotol-totol hitam. Purbararang jadi punya alasan untuk mengusir adiknya tersebut. “Orang yang dikutuk seperti dia tidak pantas menjadi seorang Ratu !” ujar Purbararang.
    Kemudian ia menyuruh seorang Patih untuk mengasingkan Purbasari ke hutan. Sesampai di hutan patih tersebut masih berbaik hati dengan membuatkan sebuah pondok untuk Purbasari. Ia pun menasehati Purbasari, “Tabahlah Tuan Putri. Cobaan ini pasti akan berakhir, Yang Maha Kuasa pasti akan selalu bersama Putri”. “Terima kasih paman”, ujar Purbasari.
   Selama di hutan ia mempunyai banyak teman yaitu hewan-hewan yang selalu baik kepadanya. Diantara hewan tersebut ada seekor kera berbulu hitam yang misterius. Tetapi kera tersebut yang paling perhatian kepada Purbasari. Lutung kasarung selalu menggembirakan Purbasari dengan mengambilkan bunga –bunga yang indah serta buah-buahan bersama teman-temannya.
   Pada saat malam bulan purnama, Lutung Kasarung bersikap aneh. Ia berjalan ke tempat yang sepi lalu bersemedi. Ia sedang memohon sesuatu kepada Dewata. Ini membuktikan bahwa Lutung Kasarung bukan makhluk biasa. Tidak lama kemudian, tanah di dekat Lutung merekah dan terciptalah sebuah telaga kecil, airnya jernih sekali. Airnya mengandung obat yang sangat harum.
    Keesokan harinya Lutung Kasarung menemui Purbasari dan memintanya untuk mandi di telaga tersebut. “Apa manfaatnya bagiku ?”, pikir Purbasari. Tapi ia mau menurutinya. Tak lama setelah ia menceburkan dirinya. Sesuatu terjadi pada kulitnya. Kulitnya menjadi bersih seperti semula dan ia menjadi cantik kembali. Purbasari sangat terkejut dan gembira ketika ia bercermin ditelaga tersebut.
   Di istana, Purbararang memutuskan untuk melihat adiknya di hutan. Ia pergi bersama tunangannya dan para pengawal. Ketika sampai di hutan, ia akhirnya bertemu dengan adiknya dan saling berpandangan. Purbararang tak percaya melihat adiknya kembali seperti semula. Purbararang tidak mau kehilangan muka, ia mengajak Purbasari adu panjang rambut. “Siapa yang paling panjang rambutnya dialah yang menang !”, kata Purbararang. Awalnya Purbasari tidak mau, tetapi karena terus didesak ia meladeni kakaknya. Ternyata rambut Purbasari lebih panjang.
   “Baiklah aku kalah, tapi sekarang ayo kita adu tampan tunangan kita, Ini tunanganku”, kata Purbararang sambil mendekat kepada Indrajaya. Purbasari mulai gelisah dan kebingungan. Akhirnya ia melirik serta menarik tangan Lutung Kasarung. Lutung Kasarung melonjak-lonjak seakan-akan menenangkan Purbasari. Purbararang tertawa terbahak-bahak, “Jadi monyet itu tunanganmu ?”.
   Pada saat itu juga Lutung Kasarung segera bersemedi. Tiba-tiba terjadi suatu keajaiban. Lutung Kasarung berubah menjadi seorang Pemuda gagah berwajah sangat tampan, lebih dari Indrajaya. Semua terkejut melihat kejadian itu seraya bersorak gembira. Purbararang akhirnya mengakui kekalahannya dan kesalahannya selama ini. Ia memohon maaf kepada adiknya dan memohon untuk tidak dihukum. Purbasari yang baik hati memaafkan mereka. Setelah kejadian itu akhirnya mereka semua kembali ke Istana.
  Purbasari menjadi seorang ratu, didampingi oleh seorang pemuda idamannya. Pemuda yang ternyata selama ini selalu mendampinginya dihutan dalam wujud seekor lutung.

2. Ilmu Pengetahuan Psikologi apa yang membuat anda penasaran dan masuk ke fakultas psikologi dan alasannya?

          Jawab: 
   Saya penasaran dengan Ilmu Psikologi Perkembangan karena setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. kepribadian manusia terbentuk sejak lahir berdasarkan pengaruh dari lingkungannya terutama keluarga, yang menyebabkan saya penasaran apa sih yang menyebabkan seseorang memiliki sifat seperti itu dan apa saja yang mempengaruhinya karena pengaruh tersebut membentuk sifat manusia seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan fisik dan mentalnya.



MAKALAH KELOMPOK MATEMATIKA & ILMU ALAMIAH DASAR

MAKALAH MATEMATIKA & ILMU ALAMIAH DASAR TENTANG ANAK Nama Kelompok 2: 1. Alima Nurus Sa’diyah (10518565) 2. Dinda ...